Suatu hari, ketika saya masih kecil, ada rasa dimana sekolah bukanlah tempat yang menyenangkan. Tentu saja semua guru dan teman-teman bersikap baik tapi ada hari-hari tertentu saya enggan belajar bersama mereka.
Pernah ada bisul besar yang nangkring di mata. Awalnya kecil lalu membulat hingga kehitaman. Kelopak saya bahkan hampir menutup mata. Tapi saya bisa melihat semua pandangan entah aneh, takut atau tak menyenangkan dari teman-teman lain.
Kejadiannya berpuluh tahun lalu sob tapi rasanya masih nyeri jika diingat. Berbekal peristiwa tak menyenangkan itulah saya ingin mengajarkan anak cara menumbuhkan empati sedari dini. Adakah sobat yusri yang juga pernah mengalami hal serupa?
Apa itu Empati? Bedanya Simpati dan Empati
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, empati adalah keadaan mental yang membuat seseorang merasa atau mengidentifikasi dirinya dalam keadaan perasaan atau pikiran yang sama dengan orang atau kelompok lain. Jika ditambah awalan ber- maka berempati adalah mempunyai empati atau mampu menempatkan diri terhadap perasaan orang lain.
Oya sob, empati dan simpati sangat jelas berbeda, namun keduanya adalah level peduli terhadap orang lain. Level teratas yaitu empati. Di level ini anak sudah mampu memahami perasaan orang lain dan ikut merasakannya. Simpati adalah hanya sebatas rasa peduli terhadap orang lain. Di level bawah sendiri ada antipati, dimana anak mengabaikan perasaan orang lain.
Kenapa Perlu Menumbuhkan Empati Sedari Dini?
Kejadian yang saya alami atau orang lain alami tentang empati pasti sangat banyak. Adakah soby yang ingat peristiwa depresi seorang anak SD di daerah Jawa Barat. Akibatnya, anak tersebut jatuh sakit, tak mau makan hingga meninggal dunia.
Sekarang rasanya ngeri kalau sedang menonton berita. Berita mengenai pembunuhan atau bunuh diri anak-anak semakin banyak saja. Ya, umumnya ini berasal dari kasus bully. Tapi, tentu saja bully tak akan ada jika empati tumbuh baik pada diri anak.
Empati adalah sikap yang harus ada tiap diri seseorang. Sayangnya, empati bukanlah seperti gigi yang akan muncul sendirinya tapi rasa ini akan ada ketika orang tua dan lingkungannya terus mengasahnya sedari dini.
Bisa dibayangkan ya sob, anak yang kekurangan empati akan sulit beradaptasi dengan teman dan lingkungannya. Ia akan mudah saja menyakiti dan menghakimi orang lain.
Sekarang rasanya ngeri kalau sedang menonton berita. Berita mengenai pembunuhan atau bunuh diri anak-anak semakin banyak saja. Ya, umumnya ini berasal dari kasus bully. Tapi, tentu saja bully tak akan ada jika empati tumbuh baik pada diri anak.
Empati adalah sikap yang harus ada tiap diri seseorang. Sayangnya, empati bukanlah seperti gigi yang akan muncul sendirinya tapi rasa ini akan ada ketika orang tua dan lingkungannya terus mengasahnya sedari dini.
Bisa dibayangkan ya sob, anak yang kekurangan empati akan sulit beradaptasi dengan teman dan lingkungannya. Ia akan mudah saja menyakiti dan menghakimi orang lain.
Cara Menumbuhkan Sikap Empati
- Kebutuhan Emosional Anak Jangan Kosong
Berbicara kebutuhan emosional tak hanya tentang rasa amarah, bahagia, kecewa dan lain-lain ya sob. Bentuknya bisa bermacam-macam dan berbeda di setiap rentang usia.
Misalnya, anak usia 0-1 tahun lebih membutuhkan cinta dan perhatian yang tinggi. Ini sebabnya, jika memiliki anak di usia tersebut maka anak segera dipeluk atau digendong ketika menangis atau tak nyaman. Jangan sampai termakan mitos bau tangan ya sob. Hehehe.
Semakin usia meningkat, maka bahasa emosionalnya juga berbeda. Jika, kebutuhan emosional anak terpenuhi sejak lahir hingga usia 7 tahun maka empati akan mudah tumbuh.
Melabeli emosi anak juga suatu hal penting dalam menumbuhkan empati. Soby, bisa mencari tahu tentang apa yang dirasakan anak dengan bertanya,
"Apa yang sedang adik rasakan? Apakah dada terasa sesak? Kalau iya, itu namanya sedih dik."
Atau
Misalnya, anak usia 0-1 tahun lebih membutuhkan cinta dan perhatian yang tinggi. Ini sebabnya, jika memiliki anak di usia tersebut maka anak segera dipeluk atau digendong ketika menangis atau tak nyaman. Jangan sampai termakan mitos bau tangan ya sob. Hehehe.
Semakin usia meningkat, maka bahasa emosionalnya juga berbeda. Jika, kebutuhan emosional anak terpenuhi sejak lahir hingga usia 7 tahun maka empati akan mudah tumbuh.
- Validasi Emosi Anak
Melabeli emosi anak juga suatu hal penting dalam menumbuhkan empati. Soby, bisa mencari tahu tentang apa yang dirasakan anak dengan bertanya, "Apa yang sedang adik rasakan? Apakah dada terasa sesak? Kalau iya, itu namanya sedih dik."
Atau
"Apa kakak rasanya ingin teriak atau melemparkan barang-barang? Itu namanya marah nak."
Menamai emosi anak akan membuatnya tahu apa yang sedang dirasakannya sendiri. Tentu saja dalam hal ini dibutuhkan ketenangan orang tua ya. Kadang gagal juga sih karena emosi orang tua juga suka ikut tidak stabil saat anak tantrum. Hehe.
- Pretend Play
Cara menumbuhkan empati dengan bermain peran jadi salah satu cara yang asyik dan aplikatif. Sobat yusri bisa membuat peran jadi-jadian. Misalnya, ambil lokasi di sekolah dan bagi tugas siapa yang akan berperan jadi teman A atau teman B.
Buat kejadian seolah-olah salah satu sedang bermasalah, entah itu lupa bawa bekal atau kehilangan pensil. Atau berpura-pura menangis karena jatuh.
Ajak anak bercakap dengan bertanya dan memberi jawaban. Orangtua bisa banget lho bantu jawaban anak dengan kata-kata yang menyentuh empati anak. Melalui ini, anak akan belajar secara langsung tentang bagaimana menumbuhkan empati.
- Membaca Buku
Salah satu cara termudah membuat anak mengenal dan memahami situasi adalah dengan membaca buku bersama-sama. Jika memungkinkan, gunakan buku tentang pengenalan emosi ya sob.
Metode yang selama ini saya ikuti yaitu membacakan nyaring atau read aloud memang sangat efektif untuk menanamkan nilai moral pada anak. Saya sendiri lebih suka buku-buku yang punya alur cerita, seperti halo balita. Buku cerita akan cenderung membawa imajinasi lebih jauh.
Tak hanya itu, menanamkan empati pun jauh lebih mudah menggunakan buku beralur cerita. Oya, sobat yusri (soby) yang masih kesulitan mencari buku anak usia batita bisa baca disini.
Tumbuhkan Empati, Selamatkan Anak Dari Bully dan Membully
Menumbuhkan sikap empati pada anak sedari dini memerlukan peran orang tua. Keteladanan ibu dan bapak menjadi kunci penting menanamkan nilai ini pada diri anak. Mereka akan mudah menyerap nilai-nilai moral yang diajarkan sejak kecil. Ya, anak itu seperti spons, apapun yang dilihat dan didengar akan mudah direplikasikan dihidupnya.
Di masa depan, sikap ini sangat berpengaruh pada bagaimana anak menghadapi orang lain, berkomunikasi dengan lingkungan dan terutama mengasah kepekaan anak pada sikap yang kurang adil. Sikap bully yang sudah menjamur harus menjadi perhatian utama. Jangan sampai ada lagi cerita pilu seorang anak sampai bunuh diri karena perlakuan sadis teman-temannya. Dan semoga 4 cara menumbuhkan sikap empati sedari dini bisa menjadi solusi.
dicatat dulu :)
BalasHapus