Sobat Yusri, ada yang seringkali terjebak dengan kehidupan yang monoton atau malah bingung menentukan antara pilihan-pilihan yang tersedia dihadapan? Seringnya, pilihan yang ada bukan sekedar yang diinginkan tapi juga apa yang dibutuhkan. Disinilah rasanya kita perlu mengelola bagaimana menikmati hidup bahagia, agar pilihan tersebut tak membuat kita terbatas atau malah bersedih.
Buku ini menyajikan sudut pandang lain yang membuat kita tersadar dengan realitas hidup. Ditulis dengan perspektif berbeda sehingga kita merasa tak lagi sendiri dengan segala kecamuk rasa. Yuk, kepoin lebih lanjut tentang buku dan penulisnya.
Tapi, justru di platform itulah saya bertemu dengan penulis-penulis bertalenta. Sebut saja, Kurniawan Gunadi, Mbak Apik (istri mas Gun), Dhea (adik kelas saya) dan banyak lainnya. Sayangnya, kapasitas penggunaan tumblr memakan kapasitas memori. Ketika akhirnya kominfo mencabut pelarangannya, saya tak lagi mengunduhnya.
Kebanyakan, tulisan-tulisan yang saya temui di tumblr tak hanya berbicara tentang dirinya sendiri. Umumnya mereka menulis tentang apa saja dan siapa saja dari sudut pandang yang berbeda. Semacam curhat sebenarnya, tapi dibalut dengan ilmu. Salah satunya adalah penulis buku ini. Melalui tumblr juga saya tahu tentang bukunya yang sudah beredar dimana-mana dengan animo pembaca yang baik.
Alhamdulillah, instagram mempertemukan kami kembali. Meski di platform yan baru ini beliau cukup jarang menulis. Namun, tulisannya yang sangat khas memang menjadi daya tarik tersendiri. Tak heran beliau punya banyak follower juga di instagram.
Penulis : Urfa Qurrota 'Ainy
Penerbit : PT Elex Media Komputindo, Quanta
Tahun Terbit : 2016 (Cetakan Ke 1)
ISBN : 978-602-02-8317-3
Ternyata, buku ini lahir berkat Badan Pusat Statistik (BPS) yang pertama kalinya dalam sejarah Indonesia merilis tentang Index of Happiness rakyatnya. Haha, saya saja baru tau sob.Dan, tanpa disangka kebahagiaan orang Indonesia berada di angka 65.11% dalam skala 100. Artinya, orang Indonesia "bahagia".
Komponen yang diukur dalam menetapkan kebahagiaan adalah pendapatan, status pekerjaan, kepemilikan aset, keharmonisan keluarga dan keamanan. Yah, meski ada kritikan bahwa komponen yang diujikan terbatas namun ini berita yang membahagiakan sebab pemerintah akhirnya peduli pada kebahagiaan warganya.
Bhutan, sebagai negara pencetus konsep GNH (Gross National Happiness) sudah melakukannya sejak tahun 1972. Hal ini berbeda dengan konsep barat yang lebih menekankan pengkuran keberhasilan negara melalui Gross National Product (GNP).
Syukurlah, PBB sudah memberikan perhatian lebih pada hal ini sehingga menjadi agenda besar dalam pembangunan global. Kebahagiaan menjadi tolok ukur ditengah kemajuan dunia yang canggih tapi juga ruwet.
Melalui sudut pandangnya sebagai seorang lulusan psikologi, Teh Urfa mencoba menyajikan makna bahagia dan bagaimana otak dan perasaan bisa memberikan kontribusi terhadap kebahagiaan. Tentu saja, rasa bahagia tiap orang berbeda. Ini berdasarkan pengalaman dan bagaimana setiap orang memaknai peristiwa. Dan disinilah happiness laboratory hadir.
Memilih menjadi perkara yang tidak gampang karena manusia terus menerus berpikir. Karena proses berpikir ini, kita pun memiliki alasan setiap pilihan yang kita ambil. Alasan ini yang nantinya akan menentukan kekuatan dan kualitas kita.
Dititik inilah kita perlu keberpasrahan, kata Teh Urfa. Pasrah (surrender) lebih tinggi derajatnya dibanding penerimaan. Pasrah artinya melepas diri dari segala keterikatan. Dalam Islam sendiri berakar dari kata aslama yang artinya berserah. Pasrah pada segala ketentuan dari Rabb kita adalah bentuk kesyukuran dan kesabaran yang hakiki.
Berisi 8 tema berupa cinta dan pernikahan hingga hubungan vertikal dengan Tuhan, happiness labiratory menyajikan gaya tulisan dengan perspektif unik. Sudut pandang teh Urfa jelas mendominasi, tapi hal ini yang membuat saya berpikir, oh gitu ya, eh ternyata gini ya, atau kayaknya betul juga.
Semuanya memiliki rumus masing-masing dalam menentukan bahagianya, makanya buku ini tak menentukan rumus how to be happy tapi menyajikan laboratorium kebahagiaan. Mungkin ada ramuan yang cocok tapi ada juga yang tidak.
Buku ini menyajikan sudut pandang lain yang membuat kita tersadar dengan realitas hidup. Ditulis dengan perspektif berbeda sehingga kita merasa tak lagi sendiri dengan segala kecamuk rasa. Yuk, kepoin lebih lanjut tentang buku dan penulisnya.
Sebuah Preambule Review
Sebelumnya, saya mau cerita dulu deh kenapa sampai menuliskan review buku ini di blog. Jadi, saya bertemu penulis di salah satu platform kepenulisan yang isinya memang kebanyakan generasi millenial. Bukan blogger yang saat itu sedang happening atau instagram atau juga twitter. Platform ini pernah dibekukan oleh kominfo lantaran banyak beredar hal-hal yang tak senonoh disana. Udah bisa nebak platform apa? Yup, tumblr.Tapi, justru di platform itulah saya bertemu dengan penulis-penulis bertalenta. Sebut saja, Kurniawan Gunadi, Mbak Apik (istri mas Gun), Dhea (adik kelas saya) dan banyak lainnya. Sayangnya, kapasitas penggunaan tumblr memakan kapasitas memori. Ketika akhirnya kominfo mencabut pelarangannya, saya tak lagi mengunduhnya.
Kebanyakan, tulisan-tulisan yang saya temui di tumblr tak hanya berbicara tentang dirinya sendiri. Umumnya mereka menulis tentang apa saja dan siapa saja dari sudut pandang yang berbeda. Semacam curhat sebenarnya, tapi dibalut dengan ilmu. Salah satunya adalah penulis buku ini. Melalui tumblr juga saya tahu tentang bukunya yang sudah beredar dimana-mana dengan animo pembaca yang baik.
Alhamdulillah, instagram mempertemukan kami kembali. Meski di platform yan baru ini beliau cukup jarang menulis. Namun, tulisannya yang sangat khas memang menjadi daya tarik tersendiri. Tak heran beliau punya banyak follower juga di instagram.
Spesifikasi Buku
Judul : Happiness Laboratory, Meramu Kebahagiaan HakikiPenulis : Urfa Qurrota 'Ainy
Jumlah Halaman : ii + 240
Penerbit : PT Elex Media Komputindo, Quanta
Tahun Terbit : 2016 (Cetakan Ke 1)
ISBN : 978-602-02-8317-3
Di Balik Layar Happiness Laboratory
Buku ini memiliki judul yang cukup unik yaitu happiness laboratory, meramu kebahagiaan hakiki. Tajuk yang memikat ini membuat calon pembaca bertanya-tanya, memangnya kebahagiaan bisa diramu? Kalau iya, apa ramuannya?Ternyata, buku ini lahir berkat Badan Pusat Statistik (BPS) yang pertama kalinya dalam sejarah Indonesia merilis tentang Index of Happiness rakyatnya. Haha, saya saja baru tau sob.Dan, tanpa disangka kebahagiaan orang Indonesia berada di angka 65.11% dalam skala 100. Artinya, orang Indonesia "bahagia".
Komponen yang diukur dalam menetapkan kebahagiaan adalah pendapatan, status pekerjaan, kepemilikan aset, keharmonisan keluarga dan keamanan. Yah, meski ada kritikan bahwa komponen yang diujikan terbatas namun ini berita yang membahagiakan sebab pemerintah akhirnya peduli pada kebahagiaan warganya.
Bhutan, sebagai negara pencetus konsep GNH (Gross National Happiness) sudah melakukannya sejak tahun 1972. Hal ini berbeda dengan konsep barat yang lebih menekankan pengkuran keberhasilan negara melalui Gross National Product (GNP).
Syukurlah, PBB sudah memberikan perhatian lebih pada hal ini sehingga menjadi agenda besar dalam pembangunan global. Kebahagiaan menjadi tolok ukur ditengah kemajuan dunia yang canggih tapi juga ruwet.
Happiness Laboratory, Menikmati Hidup Bahagia Sepanjang Masa
Redefinisi Bahagia
Sejak lama kita bertanya-tanya, apa itu bahagia? Sejenis benda ataukah perasaan membuncah? Menurut penelitian, setelah sekian abad psikologi berfokus pada mental illness, belakangan muncul psikologi positif yang mengkaji tentang kepuasan hidup dan kebahagiaan itu sendiri.
Melalui sudut pandangnya sebagai seorang lulusan psikologi, Teh Urfa mencoba menyajikan makna bahagia dan bagaimana otak dan perasaan bisa memberikan kontribusi terhadap kebahagiaan. Tentu saja, rasa bahagia tiap orang berbeda. Ini berdasarkan pengalaman dan bagaimana setiap orang memaknai peristiwa. Dan disinilah happiness laboratory hadir.
Bukan Pilihan Kita Yang Menentukan Diri Kita
Hidup adalah pilihan, begitu ungkapan orang-orang pada umumnya. Dan memang benar. Setiap hari kita dihadapkan oleh bukan saja dua pilihan tapi begitu banyak pilihan. Urusan sarapan di pagi hari saja mulai dihadapkan dengan pilihan, mau menu apa? Jika memutuskan nasi goreng, Nasi gorengnya pedas atau tidak? Teman lauknya apa? Sayurnya timun atau sawi?Memilih menjadi perkara yang tidak gampang karena manusia terus menerus berpikir. Karena proses berpikir ini, kita pun memiliki alasan setiap pilihan yang kita ambil. Alasan ini yang nantinya akan menentukan kekuatan dan kualitas kita.
Setiap proses pengambilan pilihan ibarat suatu pertarungan. Kita tidak pernah benar-benar tahu, sehebat apa pertarungan yang dihadapi orang lain dalam otak dan hatinya saat harus membuat pilihan.
Setangkup Rasa Syukur dan Sabar
Ada masa dimana menasihati orang lain itu jauh lebih mudah dibanding menasihati diri sendiri. Apalagi jika meminta orang yang curhat tersebut untuk bersyukur dan bersabar. Padahal, ada moment dimana kita sendiri belum puas jika hanya bersyukur dan bersabar.Dititik inilah kita perlu keberpasrahan, kata Teh Urfa. Pasrah (surrender) lebih tinggi derajatnya dibanding penerimaan. Pasrah artinya melepas diri dari segala keterikatan. Dalam Islam sendiri berakar dari kata aslama yang artinya berserah. Pasrah pada segala ketentuan dari Rabb kita adalah bentuk kesyukuran dan kesabaran yang hakiki.
Summary
Teh Urfa, sang penulis yang berasal dari Bandung, mengungkapkan bahwa buku ini lahir berkat dorongan suami, keluarga dan sahabat-sahabatnya. Tulisan didalamnya adalah kumpulan tulisan yang pernah diunggah ditumblrnya dengan penambahan beberapa tulisan baru.Berisi 8 tema berupa cinta dan pernikahan hingga hubungan vertikal dengan Tuhan, happiness labiratory menyajikan gaya tulisan dengan perspektif unik. Sudut pandang teh Urfa jelas mendominasi, tapi hal ini yang membuat saya berpikir, oh gitu ya, eh ternyata gini ya, atau kayaknya betul juga.
Semuanya memiliki rumus masing-masing dalam menentukan bahagianya, makanya buku ini tak menentukan rumus how to be happy tapi menyajikan laboratorium kebahagiaan. Mungkin ada ramuan yang cocok tapi ada juga yang tidak.
Menjadi bahagia adalah doa setiap manusia. Nabi Muhammad SAW pun mengajarkan kita berdoa," Ya Tuhanku, berikanlah kepada kami kebahagiaan dunia dan akhirat." Doa singkat dan sederhana, namun mewakili semua keinginan dan doa-doa lainnya.
Semoga kita dan keluarga selalu Allah limpahan kebahagiaan dunia dan akhirat yaa mbaa, aamiin
BalasHapusaamiin yaa Rabb
Hapus