Selama ini memag kami memberi tahu bahwa lampu hijau itu artinya mobil jalan, merah untuk berhenti dan kuning berhati-hati. Sulung kami tak tahu bahwa hati-hati artinya boleh berhenti atau bejalan pelan-pelan."Mi, kok mobilnya tetap jalan? Kan lampunya kuning," dahinya berkerut tanda berfikir keras. Matanya menyiratkan tak percaya. Apa yang selama ini didengarnya dari kami berbeda dengan apa yang dilakukan hari ini.
Kejadian menuju rumah mertua sore itu amat berkesan bagi saya pribadi. Utamanya dalam mengenal kemampuan anak pertama kami yang kian hari makin kritis. Daya ingatnya juga sangat baik. Tak jarang ia mengingat kejadian detil yang bahkan saya pun sudah lupa. Dia seperti Hermione, karakter sahabat Harry Potter yang mampu mengingat hanya dalam sekali lihat.
Wajarkah Sulung Kami Berpikir Seperti Ini?
Kerap kali saya merasa gemas sendiri dengan kemampuannya yang semakin meningkat. Disisi lain tentu saja saya bersyukur namun disisi satunya kadang kami kewalahan.
Apalagi pertanyaan yang dilontarkan tak sekali dua kali. Ketika merasa puas dengan jawabannya baru sulung kami akan berhenti. Tentu saja kami harus putar otak demi menjawab rasa penasarannya.
Kondisi ini kadang membuat saya bertanya-tanya sendiri,
Normal tidak ya kondisinya yang seperti ini? Apa anak-anak lain juga seperti ini? Apa sulung kami terlalu cepat dalam menangkap sesuatu?
Stimulasi Sejak Dini, Kembangkan Daya Kritis Sedari Kecil
Kekhawatiran yang tidak perlu dirasakan sebenarnya sebab secara tidak sadar kami ternyata sudah memberikan stimulasi padanya sejak dini. Ya, mungkin inilah buah dari rutinitas membacakan buku sejak anak kami masih dalam kandungan.
Buku-buku anak bahkan sudah saya beli sejak sebelum menikah. Saking gemesnya dengan perbukuan anak dari dulu. Gambarnya yang eye catching hingga kata-katanya yang sederhana namun bermakna.
Dulu, buku-buku anak sangat susah untuk didapatkan. Kalaupun ada, bentuknya belum seperti sekarang. Terutama, buku-buku untuk usia balita.
Hal ini yang membuat saya semakkin bersyukur memiliki anak ketika literasi dan informasi sedang deras-derasnya. Mencari pengetahuan tentang parenting adalah sesuatu yang sangat mudah. Termasuk menemukan gerakan membaca nyaring atau read aloud.
Gerakan Membaca Nyaring, Majukan Literasi Bangsa
Saya menemukan gerakan membaca nyaring ketika masih hamil anak pertama. Berbekal buku-buku yang ada, saya membacakan janin kami. Ketika anak pertama dibacakan saat dalam kandungan, responnya diam saja. Berbeda dengan anak kedua ketika dibacakan saat janin, gerakannya semakin heboh didalam perut. Haha, mungkin karena anak kedua adalah laki-laki.
Membaca menjadi salah satu kurikulum dirumah kami sebab fakta bahwa Indonesia termasuk negara yang sangat rendah literasinya. Maka, kami sangat bersyukur dapat bertemu dengan gerakan keren ini.
Usia balita adalah golden age seorang anak. Semakin banyak stimulasi maka semakin banyak sinaps yang terbentuk. Sinaps ini adalah penghubung syaraf-syaraf. Sinaps akan memberikan informasi baru yang akan diserap oleh anak.
Jika, stimulasi berupa membacakan buku sudah diberikan sejak dini, bisa dibayangkan bagaimana perkembangan otak anak yang terbentuk. Tentu semakin baik, apalagi informasi yang diberikan itu ilmiah dan sesuai fakta kehidupan.
Membaca nyaring awalnya dipopulerkan di Amerika oleh Jim Trelease. Bu Rosie Setiawan lalu membawanya ke Indonesia dan memberikan pelatihan-pelatihan untuk siapa saja yang ingin belajar.
Lalu, pandemi mempercepat pertumbuhan membaca nyaring. Kini, pelatihan metode membaca nyaring bisa didapatkan melalui komunitas Reading Bugs (komunitas yang didirikan oleh Bu Rosie).
Manfaat Membaca Nyaring, Asah Daya Kritis Anak
Sebenarnya, membaca nyaring adalah aktivitas yang sangat sederhana. Hanya diperlukan sebuah buku, anak dan orang dewasa yang akan membacakannya. Lebih baik lagi jika orang dewasa ini adalah orangtuanya sebab akan terbentuk bonding dalam prosesnya.
Salah satu manfaat membaca nyaring yang sudah kami rasakan adalah
1. Anak-anak menyenangi buku. Setiap kali dibelikan buku maka mata mereka berbinar. Meski masih harus diberitahu tentang bagaimana merawat buku tapi anak-anak suka buku itu sangat menyenangkan hati kami.
2. Buku menjadi alat pengalih perhatian. Ketika anak rewel atau meminta sesuatu terutama gadget, syukurnya kami bisa mengalihkannya dengan membaca nyaring. Jika mendnegar suara saya yang bercerita, maka mereka akan menoleh dan langsung menyimak.
3. Mudah Memvisualisasi Sesuatu. Bagian ini membuat anak semakin peka. Misal tentang perubahan mimik wajah, warna baju, bentuk benda dan hal-hal yang ada di buku. Anak-anak tidak hanya bercerita tentang isi buku tapi apa yang ada didalam gambar.
4. Bonding. Kedekatan anak melaui membaca nyaring sangat kami rasakan manfaatnya. Anak juga jadi belajar mimik wajah dari orangtua dan semakin mengenali suara orangtua. Anak-anak suka sekali lho dengan suara orangtuanya.
5. Daya pikir terasah. Salah satu manfaat membaca nyaring yang pernah disebutkan oleh Bu Rosie ketika saya mengikuti trainingnya adalah mengasah daya pikir. Anak jadi terbiasa berpikir lebih dalam. Dari read aloud menuju think aloud.
Cukup 15 menit sehari. Tak perlu lama-lama dan tak harus menyelesaikan satu buku, ujar Bu Rosie. Ini adalah langkah kecil yang perlu dirutinkan sebagai langkah awal anak melek literasi. Terutama asah daya pikir anak melalui manfaat membaca nyaring.
Posting Komentar
Posting Komentar