Kontan saya memekik. Belum juga melihat wujudnya tapi lidah saya sudah mulai bergoyang. Teringat tape Bugis dengan warna hitam kemerahan yang rasanya manis sekali.
Hmmm.
Tape Bugis, Tradisi Lebaran Masa Kecil
Dulu, setiap lebaran akan tiba, mama sibuk menyiapkan beras hitam dan putih untuk diolah menjadi tape. Tak lupa ragi sebagai alat fermentasinya.
Mama memang bukan orang Bugis tapi bersuamikan suku Bugis membuat mama belajar memasak panganan khas suku ini, termasuk tape.
Kadang mama berhasil membuat tape. Kadang juga gagal. Haha.
Dikatakan berhasil jika rasa tapenya manis dan berair. Sebaliknya, jika rasanya kecut maka sudah pasti banyak yang akan menolak memakannya.
Maka, ketika hari Idul Fitri tiba, tape Bugis menjadi panganan khas yang selalu ada.
Sayangnya, anak-anak mama berdomisili jauh. Ada yang di barat dan ada pula di ujung timur Indonesia. Semangat mama membuat tape Bugis lama kelamaan hilang termasuk bikin kue kering.
Lambat laun, tradisi makan tape Bugis di hari raya jadi hilang.
"Toh, gak ada yang makan," kilah mama.
Makanya ketika adik ipar saya memberi tahu bahwa di hari lebaran nanti akan ada tape Bugis, saya menjadi orang yang paling bahagia.
Asal Usul Dan Mitos Si Hitam Manis Dari Bugis
Sulawesi Selatan sendiri memiliki banyak suku, salah satunya adalah suku Bugis yang merupakan salah satu suku tertua. Kebanyakan suku Bugis berasal dari daerah Bone, Soppeng, Sengkang, Sidrap, Pare-pare.
Di masa lampau, panganan khas Bugis biasa dijumpai di tiap waktu. Kini, kuliner khas Bugis hanya dijumpai saat-saat tertentu.
Momen lebaran adalah salah satu waktu yang paling tepat berjumpa dengan panganan khas Bugis. Perantau memang kudu pulang kampung kalau kangen sama makanan khas daerahnya.
Tape Bugis termasuk panganan khas yang hanya dijumpai saat momen tertentu. Apalagi tidak sembarang orang yang bisa membuat panganan ini.
Banyak mitos yang tersebar dengan si hitam manis dari Bugis ini.
Salah satunya adalah pantangan bagi orang yang sedang 'datang bulan' untuk membuat kuliner ini. Ada juga yang mengatakan bahwa tape Bugis tidak boleh dibawa dalam kendaraan karena bisa menyebabkan kecelakaan.
Tentu saja itu semua adalah mitos. Segala sesuatu yang terjadi adalah takdir yang tak lepas dari kehendak Allah SWT.
Cara Membuat Tape Ketan Hitam Bugis
Waktu kecil saya sering menyaksikan mama membuat tape Bugis. Tapi, jika ditanya apakah bisa membuatnya sendiri? Tentu saya langsung kibarkan bendera putih.
Tak semudah tu membuat tape ketan hitam Bugis. Bukan soal mitos tapi alat yang digunakan harus bebas dari kuman.
Ini cara membuat tape ketan hitam Bugis
Pertama-tama siapkan beras ketan hitam dan putih. Cuci bersih lalu rendam selama kurang lebih dua jam.
Kemudian kukus ketan selama 30 menit. Biasanya ada yang mengukus bersama daun pandan. Mungkin agar harum.
Siapkan ragi tape yang bagus dan masih baru. Ragi tape juga menjadi salah satu penentu cita rasa tape Bugis. Ragi tape yang berisi bakteri inilah yang akan memfermentasikan ketan menjadi tape yang enak dimakan.
Haluskan ragi tape lalu taburkan pada ketan yang sudah dikukus. Taburkan saat ketan sudah dingin ya.
Lalu masukkan ketan kedalam wadah bersih dan steril. Biarkan selama 3-4 hari hingga berubah menjadi tape yang manis.
Baiknya sih membuat tape Bugis ini menjelang 4 sampai 5 hari sebelum idul fitri. Jangan terlalu jauh juga harinya sebab ketan akan terus difermentasikan.
Ketika difermentasikan maka kandungan alkohol dalam tape Bugis akan semakin tinggi dan rawan membuat tape ketan hitam Bugis menjadi halal dan tidak bisa lagi dimakan.
Cara Menikmati Tape Bugis
Salah satu hal yang paling unik dari tape Bugis adalah bentuknya bulat seperti bola bisbol. Bentuknya ini tentu saja membuat orang luar akan tertarik dan mencoba untuk mencicipinya.
Cara menikmati tape Bugis disini bermacam-macam. Ada yang dimakan dengan cara normal. Ada juga yang dinikmati dengan tambahan tumbuk atau lappa-lappa (ketan yang direbus juga).
Suami saya menikmati tape Bugis dengan ditambahkan kacang. Ada yang memakannya dengan ditambah sirup DHT (sirup khas Sulawesi Selatan beraroma pisang ambon) dan susu kental manis.
Saya sendiri mencicipi tape Bugis bersama dengan tumbuk. Caranya yaitu mengambil satu bulatan tape. Lalu tumbuk dicubit sedikit lalu dicocol pada tape Bugis.
Rasanya jauh lebih nikmat jika tape Bugis disajikan dalam keadaan dingin.
Duh, air liur sampe turun naik nih nulis bagian ini.
So, sobat yusri, di darah kalian ada tape juga? Bagaimana cara kalian menikmati tape? Pakai tumbuk, kacang atau selai durian atau yang norma-normal saja?
Posting Komentar
Posting Komentar