"Kok gula jawa sudah jadi gula pasir?"
Ini kutipan pertanyaan yang jujur saja selalu terkenang sepanjang menonton kisah cinta Habibie dan Ainun di bioskop. Tatapan tajam Rudy yang diperankan Reza Rahadian dan senyum salah tingkah Ainun yang dimainkan oleh Bunga Citra Lestari membuat penonton ikut gemas dan senyum-senyum sendiri.
Obrolan di teras itu kemudian dilanjutkan dengan obrolan-obrolan panjang hingga berlanjut ijab kabul. Ada yang mengatakan benih-benih cinta dimulai dari obrolan teras ini.
So sweet yaa. Hati rasanya ikut berbunga-bunga. Ya, siapa sih yang tidak ikut larut dengan kisah romantis nan menggemaskan itu?
Lokasi
Adegan itu kemudian muncul lagi saat melihat patung Habibie dan Ainun di kota Pare-pare. Kota yang juga menjadi tempat kelahiran presiden Indonesia ke-3 ini.
Kisah cinta keduanya pun menjadi ikon Pare-pare. Makanya tak heran jika kawasan itu kemudian diberi nama monumen cinta sejati Habibie dan Ainun.
Dulu seingat saya, Pare-pare adalah kota kecil yang syahdu. Ramai tapi tak sampai macet seperti di kota-kota besar. Perubahannya betul-betul membuat saya melongo. Maklum, terakhir saya kesini tahun 2013. Sudah lama banget kan. Hehehe.
Nah, lokasi monumennya terletak di simpang utama jalan. Dan, siapapun pasti bisa dengan mudah 'ngeuh' karena ada patung Habibie Ainun yang cukup menonjol.
Sayangnya, perhatian saya saat itu malah sibuk memperhatikan jalanan yang sempit dan warga yang meramaikan jalan hingga mobil berhenti perlahan.
Mengenang Sosok Cerdas Nan Setia
Monumen cinta sejati Ainun Habibie dibangun tahun 2015 dan diresmikan bertepatan dengan anniversary pernikahan keduanya. Walikota Pare-pare saat itu ingin membuat suatu tanda yang bisa memberikan inspirasi bagi banyak orang, khususnya kawula muda.
Patung ikonik ini pun sebagai tanda dari masyarakat akan sosok yang cerdas, penuh dedikasi dan setia. Sosoknya yang family man memang membuat kagum banyak pihak. Apalagi berbicara soal kesetiaannya pada satu wanita. Ainun seorang.
Ini juga bisa jadi motivasi sekaligus membungkam omongan yang mengatakan "kerja untuk keluarga" tapi sekalinya ditodong liburan bareng gak pernah ada waktu. Wkwkw. Nyinyir banget ya saya.
Ya, giat bekerja itu boleh saja tapi membangun kehangatan dengan keluarga itu wajib.
Tempat Favorit Jalan Sore
Warga juga kadang menggunakannya untuk berkumpul. Biasanya jika sore tiba, warga akan ke monumen cinta sejati Ainun Habibie entah untuk berolahraga sore. Ada juga yang sengaja jualan. Yah, cari rejeki. Ada yang datang bermain bola dan saat kami kesana memang sedang ada yang tanding.
Dan, ada yang ingin ikut berfoto bersama patung Ainun Habibie seperti kami. Tumpek blek warga membuat lapangan andi makkassau semakin padat. Lapangan ini bisa dikatakan sebagai alun-alun Parepare.
Ada Puluhan Foto Ainun Habibie
Sayangnya, ada satu hal yang saya terlewat. Ternyata di belakang patung ada puluhan foto perjalanan hidup Ainun Habibie. Mulai dari masa kecil mereka, saat menetap di Jerman dan ketika didapuk menjadi Presiden RI.
Memang jadi penyesalan terbesar jika sebelum berangkat menuju suatu tempat dan lupa untuk melakukan survey dahulu. Pasti saja ada hal yang terlupa.
Baiklah, ini akan menjadi catatan penting kedepannya untuk riset tempat dulu sebelum sampai. Sayang sekali, kami jadi tak bisa menyaksikan foto-foto menarik itu.
Kisah Cinta Habibie dan Ainun, Inspirasi Yang Tak Lekang Oleh Waktu
Oya, jika sobat yusri suatu saat berkunjung kesini, ada satu hal yang wajib dilakukan. Datanglah ke monumen cinta sejati Ainun Habibie saat malam. Monumen ini paling asik dilihat saat malam hari.
Lampu berwarna-warni dan air mancur yang mengelilingi patung membuat monumennya semakin cantik. Juga design modern yang saya kurang tahu ispirasinya dari mana.
Ada satu hal yang diingatkan oleh Prof. BJ. Habibie saat meresmikan monumen tersebut adalah agar ini menjadi inspirasi bagi rumah tangga agar saling menjaga kesetiaan.
Aah, kisah cinta Habibie dan Ainun memang luar biasa ya. Bisa jadi referensi bagi generasi muda penggemar drama korea bahwa bangsa kita juga punya cerita cinta yang nyata dan tak lekang oleh waktu.
Berapa kalipun cerita ini didengarkan ataupu dibaca ulang, selalu mampu membuka mata kita bahwa romantis hingga tua itu bukan hanya sekedar dongeng.
Pengen lihat patungnya dunk haha
BalasHapus