Saya memang lupa siapa yang pernah mengatakan hal diatas. Guru ngaji sayakah atau salah seorang ustadz yang pernah saya dengarkan ceramahnya. Yang jelas, kalimat penuh petuah itu terus menancap di kepala saya yang saat itu belum menikah.Bayangkan jika anakmu belajar Al-fatihah dari ibunya sendiri. Berapa banyak pahala yang terus mengalir sebab surat pembuka ini adalah surat yang akan selalu dibaca saat shalat
Yap, pentingnya belajar al-quran tak hanya sampai di batas usia tertentu. Apalagi jika sobat yusri adalah seoang ibu, belajar al-quran harus menjadi kebutuhan dasar yang terpenuhi. Sebagai madrasatul ula, ibu adalah sekolah dan guru pertama anaknya.
Tapi mungkin akan ada yang bilang, ah saat ini sudah banyak lembaga pendidikan al-quran yang bisa menjadi tempat anak belajar. Pembelajaran bahkan bisa dilakukan secara private, umum bahkan online.
Nah diartikel ini saya mau bahas sedikit tentang mengapa seorang ibu penting untuk belajar al-quran dan siapa inspirasi yang bisa ditiru dalam berinterkasi dengan al-quran.
Pengalaman Bertemu Ibu Berbagai Usia Di Tempat Belajar Al-Quran
Dulu, saya pernah ikut sebuah lembaga quran di Surabaya. Namanya Griya Qur'an (saat ini GQ sudah makin melebar dan meluaskan sayapnya). Ini adalah salah satu tempat belajar khusus al quran yang diikuti berbagai kalangan. Mulai dari mahasiswa hingga pekerja.
Tempatnya cukup jauh dari kosan saya namun bersyukur salah seorang sahabat bersedia membonceng ketika waktu belajar tiba. Saat di tes, ternyata saya masuk ke level 1. Duh, malunya sampai ke ubun-ubun. Selama ini mengira jika saya sudah mengaji dengan benar tapi ternyata makhrijul huruf saja masih banyak yang salah.
Kami ditempatkan dalam satu kelas yang usia dan aktivitasnya berbeda. Yang masih muda tentu bisa mengikuti dengan baik tapi peserta dengan usia tua tertatih-tatih. Meski begitu, semangat mereka tak pernah padam. Selalu hadir paling awal dan jarang sekali bolos belajar al-quran.
Pengalaman bertemu dengan ibu berbagai usia itulah yang membuat saya semakin semangat mempelajari al quran, utamanya membaca dengan baik dan benar. Apalagi hukum membaca al quran secara tajwid itu fardhu 'ain meski belajarnya fardhu kifayah. Tapi tetap saja kan harus membaca al quran sesuai makhrojnya.
Pentingnya Belajar Al- Quran Bagi Seorang Ibu
1. Hubungan Dekat Dengan Allah
"Kalau sudah membaca al quran itu rasanya tenang, nyaman dan lapang, kenapa ya?"
Seorang ibu entah bertanya pada saya atau dirinya sendiri. Entah. Tapi saya setuju jika membaca al quran itu membuat hati jadi adem.
Al quran memang penuh berisi ayat-ayat cinta dari Allah. Isinya penuh hikmah dan pedoman. Dan paling penting adalah bisa membuat kita semakin dekat dengan Allah. Sudah pasti Allah makin sayang kan jika kita belajar Al quran?
Setiap saya belajar, saya berusaha menjelaskan dengan baik pada anak apa yang saya lakukan. Saya ingin anak merekam memori bahwa di usia yang tak lagi muda, ibunya tetap belajar.
Semoga ini bisa menjadi teladan bagi anak-anak sehingga mereka belajar kapanpun dan dimanapun tanpa mengenal batas usia.
Ya, tak ada yang lebih baik bagi orangtua selain mengambil pelajaran dan hikmah dalam mengasuh anak dari orang-orang sholih.
Kisah Maryam dan nabi Isa, Nabi Ibrahim dan nabi Ismail, juga Lukman pada anaknya adalah teladan yang tak pernah lekang oleh waktu.
2. Menjadi Teladan Bagi Anak
Setiap saya belajar, saya berusaha menjelaskan dengan baik pada anak apa yang saya lakukan. Saya ingin anak merekam memori bahwa di usia yang tak lagi muda, ibunya tetap belajar.
Semoga ini bisa menjadi teladan bagi anak-anak sehingga mereka belajar kapanpun dan dimanapun tanpa mengenal batas usia.
3. Menjadi Pedoman Mengasuh Anak
Ya, tak ada yang lebih baik bagi orangtua selain mengambil pelajaran dan hikmah dalam mengasuh anak dari orang-orang sholih.
Kisah Maryam dan nabi Isa, Nabi Ibrahim dan nabi Ismail, juga Lukman pada anaknya adalah teladan yang tak pernah lekang oleh waktu.
Teladan Ibu Dari Mereka Yang Berinteraksi Dengan Al Quran
Para Sahabat Rasulullah
- Abu Bakar Ash-Shiddiq: Sahabat yang sangat dekat dengan Rasulullah dan salah satu yang pertama menerima wahyu.
- Umar ibn Khattab: Sahabat yang dikenal sangat tekun dalam menghafal dan memahami Al-Quran.
- Uthman ibn Affan: Sahabat yang terkenal dengan kompilasi Al-Quran yang dipegangnya, yang disebut Mushaf Uthmani.
- Ali ibn Abi Talib: Sahabat yang juga merupakan sepupu dan menantu Rasulullah, serta seorang pemimpin spiritual yang memahami Al-Quran dengan mendalam.
Ulama Salaf
- Imam Abu Hanifa: Salah satu dari empat imam besar dalam mazhab Sunni, yang sangat memahami dan mengajar Al-Quran.
- Imam Malik ibn Anas: Pendiri Mazhab Maliki dan ulama besar dalam hadis dan Al-Quran.
- Imam Al-Shafi'i: Pendiri Mazhab Syafi'i dan salah seorang tokoh utama dalam ilmu Al-Quran dan hadis.
- Imam Ahmad ibn Hanbal: Pendiri Mazhab Hanbali dan ahli fikih yang sangat menghormati Al-Quran sebagai sumber hukum utama.
Tabiin
- Abdullah ibn Abbas: Tabiin yang sangat dikenal karena tafsir (penjelasan) Al-Qurannya yang luas.
- Sa'id ibn Jubair: Tabiin yang juga memiliki pemahaman mendalam tentang Al-Quran dan tafsirnya.
- Mujahid ibn Jabr: Salah seorang murid terkenal dari Ibnu Abbas yang ahli dalam tafsir Al-Quran.
Cara Para Teladan Berinteraksi Dengan Al Quran
1. Memahami dan Menghafal Al-Quran
Para sahabat Rasulullah seperti Umar ibn Khattab, Uthman ibn Affan, dan Ali ibn Abi Talib, sangat tekun dalam memahami dan menghafal Al-Quran. Mereka menganggap Al-Quran sebagai petunjuk utama dalam hidup mereka dan berusaha untuk mengingat dan memahami setiap ayatnya.
2. Mengamalkan Ajaran Al-Quran
Mereka tidak hanya menghafal atau memahami Al-Quran, tetapi juga berusaha keras untuk mengamalkan ajaran-ajaran Al-Quran dalam kehidupan sehari-hari mereka. Mereka menjalani hidup mereka sesuai dengan nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang terkandung dalam Al-Quran.
3. Mengajar dan Menyebarkan Al-Quran
Para sahabat dan tabiin aktif dalam menyebarkan ajaran-ajaran Al-Quran kepada orang lain. Mereka menjadi guru bagi generasi berikutnya dalam memahami dan menghafal Al-Quran, serta mengajarkan makna dan aplikasi ajaran-ajaran tersebut.
4. Berpegang Teguh pada Ajaran Al-Quran dalam Pengambilan Keputusan
Para sahabat dan tabiin selalu berpegang teguh pada ajaran-ajaran Al-Quran dalam pengambilan keputusan, terutama dalam masalah yang bersifat agama. Mereka mengkonsultasikan Al-Quran sebagai sumber utama panduan dalam hidup mereka.
5. Menghindari Perbuatan yang Bertentangan dengan Al-Quran
Para sahabat dan tabiin sangat berhati-hati untuk tidak melakukan perbuatan yang bertentangan dengan ajaran Al-Quran. Mereka menjauhi segala bentuk dosa dan maksiat yang dilarang dalam Al-Quran.
6. Merenungkan Ayat-Ayat Al-Quran
Mereka sering merenungkan ayat-ayat Al-Quran untuk mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang makna dan hikmah di baliknya. Ini membantu mereka untuk mendalami ajaran-ajaran Al-Quran dengan lebih baik.
7. Menggunakan Al-Quran sebagai Sumber Inspirasi dan Hikmah
Al-Quran tidak hanya dianggap sebagai kitab suci, tetapi juga sebagai sumber inspirasi dan hikmah dalam kehidupan sehari-hari. Para sahabat, ulama salaf, dan tabiin sering merujuk kepada Al-Quran untuk mendapatkan petunjuk dalam menghadapi berbagai situasi.
Penutup
Masyaallah ya bagaimana cara para sahabat, ulama salaf dan tabiin berinteraksi dengan al quran. Semoga artikel ini menjadi semangat bagi para ibu untuk memahami pentingnya belajar al quran serta tak mudah putus asa jika bertemu aral lintang. Caiyoo ibu-ibu dimanapun berada. Yuk saling bergandengan tangan agar tetap konsisten meraih ilmu.
Posting Komentar
Posting Komentar