"Iya..iya, pokoknya diam dulu. Nanti abis itu dibelikan mainan".
Ternyata setelah anak diam, malah dialihkan perhatiannya pada hal lain sehingga anak lupa.
"Iya..mama janji gak pergi lama. Cuman sebentar nak".
Ternyata sampai malam hari mama tidak pulang karena sedang kerja. Perkataan itu hanya ditujukan agar anak tenang dan orangtua bisa keluar rumah dengan aman.
Berjanji Pada Anak Itu Bukan Perkara Remeh
Kadang, sebagai orangtua secara tak sadar mengeluarkan kalimat-kalimat janji namun ternyata tak ditepati. Bahkan ketika anak menagih, orangtua tidak ingat kapan berkata seperti itu.
Padahal berjanji pada anak bukan perkara remeh. Meski usianya masih kecil tapi anak-anak juga harus belajar tentang bagaimana menepati janji. Tentu kita tidak mau bukan anak-anak akan mudah mengobral janji ketika dewasa kelak.
Padahal berjanji pada anak bukan perkara remeh. Meski usianya masih kecil tapi anak-anak juga harus belajar tentang bagaimana menepati janji. Tentu kita tidak mau bukan anak-anak akan mudah mengobral janji ketika dewasa kelak.
Belajar Berjanji Dari Umar Dan Dua Pemuda
Manfaat menepati janji pada anak adalah tentang bagaimana menanamkan perilaku baik pada anak. Contoh terbaik tentu saja datang dari orangtua. Tapi, sobat yusri juga bisa belajar dari teladan masa lalu.
Ini adalah kisah terbaik bagaimana kedudukan janji dalam islam.
Di zaman kepemimpinan Umar bin Khattab r.a tiba-tiba seorang pemuda digiring kehadapannya. Dua pemuda yang membawanya ini berseru marah dan menginginkan hukuman mati bagi pemuda tersebut. Sebabnya adalah ayahanda mereka mati ditangan pemuda itu.
Namun, sebelum hukuman ditetapkan, pemuda ini meminta agar dirinya menceritakan kronologi kejadian. Ia pun sebenarnya kaget karena telah membunuh seseorang tanpa sengaja.
Ternyata pemuda tersebut tertidur dan unta yang dibawanya masuk ke kebun. Susah payah ia menghalau untanya agar pergi dari kebun tersebut tapi tidak pergi. Lalu, datanglah ayah kedua pemuda tersebut dan melempari untanya. Lemparan itu langsung mengenai kepala untanya dan mati seketika.
Ia pun kaget dan langsung melempari lelaki itu. Lemparan itu telak mengenai kepala pemilik kebun. Dan sang ayah pun meninggal di tempat.
Umar bin Khattab akhirnya memutuskan hukuman mati namun sang pemuda meminta waktu 3 hari untuk menyelesaikan urusan di kampungnya. Ia ingin mengambil warisan simpanan orangtuanya yang telah tiada dan diberikan pada adiknya yang masih ada.
"Siapa penjaminmu?" tanya Khalifah. Lalu, seseorang merangsek maju ke depan sambil berkata, "Saya yang akan menjadi jaminannya". Pemuda itu Salman Al Farisi. Umar bin Khattab marah karena Salman tak kenal pemuda ini namun Salman tetap teguh.
Hari hukuman akhirnya tiba namun menjelang tengah hari, pemuda ini tak jua menampakkan batang hidungnya. Dengan berat hati, Umar bin Khattab meminta Salman menggantikan pemuda itu ditiang gantungan.
Ketika Salma akan beranjak, dari jauh terdengar teriakan seorang pemuda. Suaranya terengah dan ia berlari secepat ia bisa. Untanya entah kemana.
“Maafkan aku, urusan di kampung ternyata sedikit rumit. Dan, ketika perjalanan menuju kesini ternyata unta yang aku tunggangi sekarat sehingga aku pun memutuskan berlari meninggalkan untaku ke tempat qishash ini”, terang sang muslim.
Ini adalah kisah terbaik bagaimana kedudukan janji dalam islam.
Di zaman kepemimpinan Umar bin Khattab r.a tiba-tiba seorang pemuda digiring kehadapannya. Dua pemuda yang membawanya ini berseru marah dan menginginkan hukuman mati bagi pemuda tersebut. Sebabnya adalah ayahanda mereka mati ditangan pemuda itu.
Namun, sebelum hukuman ditetapkan, pemuda ini meminta agar dirinya menceritakan kronologi kejadian. Ia pun sebenarnya kaget karena telah membunuh seseorang tanpa sengaja.
Ternyata pemuda tersebut tertidur dan unta yang dibawanya masuk ke kebun. Susah payah ia menghalau untanya agar pergi dari kebun tersebut tapi tidak pergi. Lalu, datanglah ayah kedua pemuda tersebut dan melempari untanya. Lemparan itu langsung mengenai kepala untanya dan mati seketika.
Ia pun kaget dan langsung melempari lelaki itu. Lemparan itu telak mengenai kepala pemilik kebun. Dan sang ayah pun meninggal di tempat.
Umar bin Khattab akhirnya memutuskan hukuman mati namun sang pemuda meminta waktu 3 hari untuk menyelesaikan urusan di kampungnya. Ia ingin mengambil warisan simpanan orangtuanya yang telah tiada dan diberikan pada adiknya yang masih ada.
"Siapa penjaminmu?" tanya Khalifah. Lalu, seseorang merangsek maju ke depan sambil berkata, "Saya yang akan menjadi jaminannya". Pemuda itu Salman Al Farisi. Umar bin Khattab marah karena Salman tak kenal pemuda ini namun Salman tetap teguh.
Hari hukuman akhirnya tiba namun menjelang tengah hari, pemuda ini tak jua menampakkan batang hidungnya. Dengan berat hati, Umar bin Khattab meminta Salman menggantikan pemuda itu ditiang gantungan.
Ketika Salma akan beranjak, dari jauh terdengar teriakan seorang pemuda. Suaranya terengah dan ia berlari secepat ia bisa. Untanya entah kemana.
“Maafkan aku, urusan di kampung ternyata sedikit rumit. Dan, ketika perjalanan menuju kesini ternyata unta yang aku tunggangi sekarat sehingga aku pun memutuskan berlari meninggalkan untaku ke tempat qishash ini”, terang sang muslim.
Masyaallah ya kisahnya sobat yusri. Berawal dari rasa percayanya amirul mukminin pada pemuda tersebut lalu Salman sebagai penjamin yang juga memiliki kepercayaan yang sama hingga timbul rasa memaafkan dan kasih sayang dari dua pemuda yang memberi hukuman.
Manfaat Menepati Janji Pada Anak
Berkaca dari pengalaman Umar bin Khattab dan dua pemuda, kedudukan janji di islam memang sangat penting. Bisa dibayangkan jika pemuda tersebut kabur, akibat tidak menepati janji tidak hanya menurunkan rasa percaya orang-orang terhadap pemuda itu. Tapi, orang-orang akan meremehkan muslim yang berjanji. Ya, dampaknya memang seperti bola salju. Bergulir dan semua orang terkena akibatnya.
Maka, setiap orangtua menepati janji terutama pada anak. Bukan hanya orangtua saja tapi juga orang dewasa di sekitar anak, misal kerabat keluarga ataupun guru sekolah. Apalagi ada beberapa manfaat menepati janji pada anak yaitu
1. Menanamkan karakter baik pada anak.
2. Anak akan belajar menjaga teguh sebuah janji dan tidak mudah meremehkannya
3. Anak akan lebih menghargai kita sebagai orangtua
4. Mengajarkan rasa saling percaya dan husnudzon (berbaik sangka)
Perkara berjanji ini memang bukan hal yang sederhana ya sobat yusri. Ini adalah salah satu kebaikan yang bisa kita teladankan pada anak dan sifatnya turun temurun. Kelak ketika dewasa anak akan tahu bahwa manfaat menepati janji bukan hanya untuk dirinya sendiri tapi juga berkaitan pada agama dan harga diri bangsanya.
Posting Komentar
Posting Komentar