Assalamualaikum wr wb, sobat yusri, siapa yang baru saja mau membuat resolusi pola asuh atau parenting syle untuk tahun 2024 ini? Meski sudah masuk pekan pertama 2024 di bulan januari tapi saya rasa ini belum terlambat. Tapi sebelum merencanakan resolusi, yuk kita refleksi pola asuh tahun 2023.
Jujur, tulisan ini adalah bahan renungan saya selama kurang lebih 5 tahun menjadi orangtua. Sebagai catatan mengenai beratnya pengasuhan di jaman sekarang meski ilmu justru lebih banyak tertebar saat ini.
Saya yakin setiap keluarga juga memiliki pola asuh yang diyakininya masing-masing sehingga menulis ini tidak lantas membuat saya menjadi orangtua yang paling benar. Sebab, saya sendiri juga masih belajar dan butuh banyak nasehat.
Jadi, bagi sobat yusri yang ingin tahu apa itu pola asuh, ada berapa jenis pola asuh dan bagaimana merefleksikan pola asuh, yuk bareng-bareng belajar melalui tulisan ini.
Jadi, bagi sobat yusri yang ingin tahu apa itu pola asuh, ada berapa jenis pola asuh dan bagaimana merefleksikan pola asuh, yuk bareng-bareng belajar melalui tulisan ini.
Apa Itu Pola Asuh
Pola asuh sendiri terdiri atas dua suku kata yaitu pola dan asuh. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, pola adalah gambar, corak, bentuk, struktur, sistem ataupun cara kerja, sedangkan asuh adalah menjaga atau membimbing (dan dalam hal ini, asuhan yang dimaksud adalah anak).
Maka, pola asuh adalah cara kerja orangtua dalam membimbing atau menjaga buah hatinya. Atau bisa diistilahkan bagaimana cara kerja terbaik yang diberikan orangtua pada anaknya agar terbentuk insan yang bertanggungjawab dan mandiri.
Maka, pola asuh adalah cara kerja orangtua dalam membimbing atau menjaga buah hatinya. Atau bisa diistilahkan bagaimana cara kerja terbaik yang diberikan orangtua pada anaknya agar terbentuk insan yang bertanggungjawab dan mandiri.
Kebayang ya sobat yusri, bagaimana kondisi anak saat ini memang sangat ditentukan oleh pola asuh orangtuanya. Jika pola asuh yang diberikan baik maka insyaallah hasilnya juga baik, dan sebaliknya.
Banyak hal yang dapat mempengaruhi pola asuh orangtua yaitu pendidikan, lingkungan dan budaya, sehingga sangat memungkinkan pola asuh tiap orangtua memang berbeda. Dan, perbedaan ini akan berpengaruh pada perkembangan, kedewasaan dan emosi anak di kemudian hari.
Secara umum, para ahli memasukkan dua faktor yang dapat dijadikan ukuran dalam pola asuh yaitu daya tanggap dan tuntutan. Daya tanggap ini berhubungan dengan sikap orangtua dalam mendukung, peduli serta memenuhi kebutuhan anak sehingga anak terdorong untuk lebih mandiri dan percaya diri. Sedangkan tuntutan ini erat kaitannya dengan tuntutan orangtua pada anak agar dewasa, teratur termasuk mendisiplinkan anak.
Berdasarkan dua faktor itu maka ada 4 jenis pola asuh yang lahir yaitu
Adalah jenis pola asuh yang memiliki daya tanggap tinggi sedangkan tuntutan rendah. Biasanya orangtua cenderung memiliki tingkat kepedulian sangat tinggi pada anak dan hubungannya sangat hangat. Namun, tidak adanya tuntutan pada orangtua mengakibatkan kemauan anak selalu dipenuhi.
Banyak hal yang dapat mempengaruhi pola asuh orangtua yaitu pendidikan, lingkungan dan budaya, sehingga sangat memungkinkan pola asuh tiap orangtua memang berbeda. Dan, perbedaan ini akan berpengaruh pada perkembangan, kedewasaan dan emosi anak di kemudian hari.
4 Jenis Pola Asuh
Secara umum, para ahli memasukkan dua faktor yang dapat dijadikan ukuran dalam pola asuh yaitu daya tanggap dan tuntutan. Daya tanggap ini berhubungan dengan sikap orangtua dalam mendukung, peduli serta memenuhi kebutuhan anak sehingga anak terdorong untuk lebih mandiri dan percaya diri. Sedangkan tuntutan ini erat kaitannya dengan tuntutan orangtua pada anak agar dewasa, teratur termasuk mendisiplinkan anak.
Berdasarkan dua faktor itu maka ada 4 jenis pola asuh yang lahir yaitu
a. Pola Asuh Permisive
Adalah jenis pola asuh yang memiliki daya tanggap tinggi sedangkan tuntutan rendah. Biasanya orangtua cenderung memiliki tingkat kepedulian sangat tinggi pada anak dan hubungannya sangat hangat. Namun, tidak adanya tuntutan pada orangtua mengakibatkan kemauan anak selalu dipenuhi.
Akibatnya anak menjadi egois, banyak menuntut, cenderung impulsif, kurang bisa mengatur dirinya sendiri dan melakukan banyak perbuatan negatif di kemudian hari. Biasanya, anak melakukan hal-hal negatif sebab ada tuntutannya yang belum terpenuhi.
Adalah kebalikan dari pola asuh permisive dimana tuntutan sangat tinggi sedangkan daya tanggap rendah. Orangtua banyak memberikan perintah dan anak tertuntut untuk memenuhi keinginan orangtua.
Akibatnya, anak seperti robot. Keinginan dan kemauannya tidak pernah didengar, harus patuh, dan mendapat hukuman jika tidak sesuai ekspektasi.
Kebanyakan pola asuh seperti ini dilakukan orangtua dulu ya sobat yusri. Dimana jika salah sedikit bakal kena pukulan sapu di betis. Hehehe. Ada yang mengalami?
Sayangnya, anak yang terlahir dengan pola asuh seperti ini akan membuat anak tidak memiliki rasa ingin tahu dan spontanitas yang tinggi. Inisiatifnya pun rendah. Dan, jangan sampai jadi korban bullying.
Adalah jenis pola asuh yang daya tanggap dan tuntutan rendah. Orangtua bahkan cenderung tidak peduli dengan apa yang dilakukan anak. Juga tidak ada aturan dan jarang melakukan komunikasi pada anak.
Ini jenis pola asuh yang sangat menyedihkan sebab anak dibiarkan tumbuh mandiri. Mungkin anak pun ketika dewasa terlihat tangguh tapi penghargaan dirinya sangat rendah, kontrol dirinya juga rendah dan cenderung menderita masalah mental.
Adalah jenis pola asuh yang daya tanggap dan tuntutannya sama-sama tinggi. Orangtua memberikan perhatian yang cukup, kehangatan, komunikasi lancar dan ada tuntutan namun juga ada penjelasan.
Pola asuh otoritatif adalah jenis pola asuh yang paling baik sebab kebutuhan anak terpenuhi sehingga melahirkan anak yang bahagia, kuat, percaya diri, serta komunikatif.
Nah, kira-kira sobat yusri cenderung pola asuh yang mana nih? Hehe. Saya sendiri cenderung melakukan pola asuh yang mix. Maksudnya kadang otoritatif, dan kadang juga otoriter. Kayaknya masih terbawa oleh pengasuhan jaman kecil ya.
Tapi, jangan khawatir sebab belum terlambat untuk mengubah pola asuh kita. Ada beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mengubah pola asuh. Ini saya dapatkan ketika mengikuti webinar dengan salah satu pakar pendidikan yaitu pak Danang.
Jelas banget ya bahwa sebagai prangtua tidak mungkin kita selalu melakukan hal yang benar. Setiap beberapa waktu, orangtua perlu untuk melakukan refleksi dan meyadari bahwa pola asuh yang dilakukan selama ini apakah Allah ridho atau tidak. Melakukan refleksi adalah salah satu cara untuk mengetahui jejak perjalanan pengasuhan sepanjang menjadi orangtua.
Menjadi orangtua itu artinya menjadi pembelar seumur hidup. Bayangkan saja sekolah khususnya tidak ada tapi ujiannya sepanjang waktu. Hehehe. Jadi tetap harus uptodate. Dan, bersyukur kita berada di zaman dimana pengetahuan dan informasi hanya dibatasi rasa malas dan keinginan untuk rebahan.
Sangat penting untuk melakukan kounikasi secara langsung dengan pasangan dan lingkungan. Terutama ke pasangan ya sebab mengasuh anak itu berdua.
Setelahnya yaitu memiliki perencanaan mengenai pola asuh yang tepat di keluarga. Pola asuh sendiri dapat menyesuaikan dengan agama, budaya dan lingkungan sekitar. Asal jangan sampai bertolak belakang dengan agama aja sih.
Mengubah pola asuh atau menetapka polaa suh terbaik pasti memiliki banyak ujian maka perlu konsistensi dalam pelaksanaannya. Misalnya menetapkan aturan dalam rumah dan hukuman yang pantas untuk anak jika melakukan hal yang tidak sesuai.
Jujur, ini salah satu PR saya untuk tetap pada hal-hal positif yang dimiliki anak. Fokus pada positif anak membuat orangtua akan cepat menyadari apa yang perlu diperbaiki jika anak salah.
Anak-anak tetaplah anak-anak. Maka setiap tuntutan dan daya tanggap perlu disesuaikan dengan kondisi anak.
Anak adalah peniru ulung maka jika ingin anak memiliki sifat baik maka beri teladan dalam kebaikan. Hindari menuntut anak melakukan kebaikan jika hal tersebut tidak pernah dilakukan orangtua.
Dukungan sosial yang diberikan oleh lingkungan tentunya akan membantu pola asuh seperti apa yang ingin orangtua bentuk.
Ibarat membangun gedung yang bagus dan high quality maka perlu mencari referensi terbaik dan membangunnya dengan seksama. Sama halnya dengan mengasuh anak, orangtua harus menjadi manusia pembelajar, konsisten dan sabar. Tentunya tak henti berdoa, ikhtiar serta melakukan amalan ibadah yang diridhoi Allah.
Salah satunya dengan melakukan refleksi pola asuh tahun kemarin sebagai upaya menginsyafi diri kemudian kembali pada jalur yang benar. Semangat untuk orangtua dimanapun. Bismillah minta bantuan Allah SWT. Btw, sudah refleksi pola asuh 2023?
b. Pola Asuh Otoriter
Adalah kebalikan dari pola asuh permisive dimana tuntutan sangat tinggi sedangkan daya tanggap rendah. Orangtua banyak memberikan perintah dan anak tertuntut untuk memenuhi keinginan orangtua.
Akibatnya, anak seperti robot. Keinginan dan kemauannya tidak pernah didengar, harus patuh, dan mendapat hukuman jika tidak sesuai ekspektasi.
Kebanyakan pola asuh seperti ini dilakukan orangtua dulu ya sobat yusri. Dimana jika salah sedikit bakal kena pukulan sapu di betis. Hehehe. Ada yang mengalami?
Sayangnya, anak yang terlahir dengan pola asuh seperti ini akan membuat anak tidak memiliki rasa ingin tahu dan spontanitas yang tinggi. Inisiatifnya pun rendah. Dan, jangan sampai jadi korban bullying.
c. Pola Asuh Neglected
Adalah jenis pola asuh yang daya tanggap dan tuntutan rendah. Orangtua bahkan cenderung tidak peduli dengan apa yang dilakukan anak. Juga tidak ada aturan dan jarang melakukan komunikasi pada anak.
Ini jenis pola asuh yang sangat menyedihkan sebab anak dibiarkan tumbuh mandiri. Mungkin anak pun ketika dewasa terlihat tangguh tapi penghargaan dirinya sangat rendah, kontrol dirinya juga rendah dan cenderung menderita masalah mental.
d. Pola Asuh Otoritatif
Adalah jenis pola asuh yang daya tanggap dan tuntutannya sama-sama tinggi. Orangtua memberikan perhatian yang cukup, kehangatan, komunikasi lancar dan ada tuntutan namun juga ada penjelasan.
Pola asuh otoritatif adalah jenis pola asuh yang paling baik sebab kebutuhan anak terpenuhi sehingga melahirkan anak yang bahagia, kuat, percaya diri, serta komunikatif.
Refleksi Pola Asuh, Mulai Dari Mana?
Nah, kira-kira sobat yusri cenderung pola asuh yang mana nih? Hehe. Saya sendiri cenderung melakukan pola asuh yang mix. Maksudnya kadang otoritatif, dan kadang juga otoriter. Kayaknya masih terbawa oleh pengasuhan jaman kecil ya.
Tapi, jangan khawatir sebab belum terlambat untuk mengubah pola asuh kita. Ada beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mengubah pola asuh. Ini saya dapatkan ketika mengikuti webinar dengan salah satu pakar pendidikan yaitu pak Danang.
1. Refleksi dan Kesadaran
Jelas banget ya bahwa sebagai prangtua tidak mungkin kita selalu melakukan hal yang benar. Setiap beberapa waktu, orangtua perlu untuk melakukan refleksi dan meyadari bahwa pola asuh yang dilakukan selama ini apakah Allah ridho atau tidak. Melakukan refleksi adalah salah satu cara untuk mengetahui jejak perjalanan pengasuhan sepanjang menjadi orangtua.
2. Pendidikan dan Informasi
Menjadi orangtua itu artinya menjadi pembelar seumur hidup. Bayangkan saja sekolah khususnya tidak ada tapi ujiannya sepanjang waktu. Hehehe. Jadi tetap harus uptodate. Dan, bersyukur kita berada di zaman dimana pengetahuan dan informasi hanya dibatasi rasa malas dan keinginan untuk rebahan.
3. Komunikasi Terbuka
Sangat penting untuk melakukan kounikasi secara langsung dengan pasangan dan lingkungan. Terutama ke pasangan ya sebab mengasuh anak itu berdua.
4. Perencanaan dan Tujuan
Setelahnya yaitu memiliki perencanaan mengenai pola asuh yang tepat di keluarga. Pola asuh sendiri dapat menyesuaikan dengan agama, budaya dan lingkungan sekitar. Asal jangan sampai bertolak belakang dengan agama aja sih.
5. Konsistensi
Mengubah pola asuh atau menetapka polaa suh terbaik pasti memiliki banyak ujian maka perlu konsistensi dalam pelaksanaannya. Misalnya menetapkan aturan dalam rumah dan hukuman yang pantas untuk anak jika melakukan hal yang tidak sesuai.
6. Fokus Pada positif
Jujur, ini salah satu PR saya untuk tetap pada hal-hal positif yang dimiliki anak. Fokus pada positif anak membuat orangtua akan cepat menyadari apa yang perlu diperbaiki jika anak salah.
7. Empati dan Pengertian
Anak-anak tetaplah anak-anak. Maka setiap tuntutan dan daya tanggap perlu disesuaikan dengan kondisi anak.
8. Pemberian Contoh
Anak adalah peniru ulung maka jika ingin anak memiliki sifat baik maka beri teladan dalam kebaikan. Hindari menuntut anak melakukan kebaikan jika hal tersebut tidak pernah dilakukan orangtua.
9. Dukungan Sosial
Dukungan sosial yang diberikan oleh lingkungan tentunya akan membantu pola asuh seperti apa yang ingin orangtua bentuk.
Penutup
Ibarat membangun gedung yang bagus dan high quality maka perlu mencari referensi terbaik dan membangunnya dengan seksama. Sama halnya dengan mengasuh anak, orangtua harus menjadi manusia pembelajar, konsisten dan sabar. Tentunya tak henti berdoa, ikhtiar serta melakukan amalan ibadah yang diridhoi Allah.
Salah satunya dengan melakukan refleksi pola asuh tahun kemarin sebagai upaya menginsyafi diri kemudian kembali pada jalur yang benar. Semangat untuk orangtua dimanapun. Bismillah minta bantuan Allah SWT. Btw, sudah refleksi pola asuh 2023?
Posting Komentar
Posting Komentar