Allah meminta kita untuk terus belajar dan belajar tak berarti harus ke sekolah
Bersama suaminya, Pak Didik, beliau merancang sendiri kurikulum homeschooling untuk keluarganya. Dua anaknya pun menempuh pendidikan alternatif ini di usia sekolahnya. Dan satu anak bungsunya menjalani homeschooling sejak usia dini.
Dan kini, ketiga anaknya sudah besar dan berkarya di bidangnya masing-masing.
Kisah nyata dari homeschooler ini menjadikan keluarga lain tak takut lagi menempuh pendidikan yang masih tak lazim di negeri ini.
Pun tak ada lagi yang bingung tentang bagaimana merancang kurikulum homeschooling yang tepat untuk anak.
Namun, sebelum kita membahas kurikulum homeschooling, yuk kita cari tahu dulu apa itu kurikulum, dan hal penting apa yang diperlukan dalam menyusun kurikulum.
Apa Itu Kurikulum
Kurikulum adalah pedoman atau panduan yang berisi rencana pembelajaran, materi, cara serta evaluasi hingga pembelajaran tersebut berakhir. Menurut istilah, kurikulum berarti adanya waktu tempuh yang harus dilewati seseorang dalam mencapai penghargaan.
Artinya kurikulum digunakan sebagai panduan seseorang untuk mencapai suatu tujuan.
Keluarga yang menjalani homeschooling tentu memiliki tujuan tersendiri. Inilah yang menyebabkan homeschooling antar keluarga yang satu dengan lainnya berbeda.
Sehingga perlu mengetahui hal-hal penting yang akan menjadi dasar dalam menyusun homeschooling.
3 Hal Penting Dalam Menyusun Kurikulum Homeschooling
1. Menetapkan value keluarga
Hal pertama dalam menetapkan homeschooling adalah bersama-sama menyusun value keluarga. Value ini bisa berisi keyakinan, nilai-nilai yang ingin dikuatkan pada anak dan tujuan akhir yang ingin dicapai.
2. Pelaksana homeschooling
Banyak yang mengatakan bahwa keluarga yang menjalani homeshooling adalah keluarga yang hebat namun nyatanya mereka adalah keluarga yang terus belajar.
Ibu Septi juga mengatakan bahwa selama menempuh metode pendidikan ini, beliau tak henti-hentinya berdiskusi dengan para pakar pendidikan.
Kadang, ketika ditengah jalan pun beliau merasa kesulitan dan mentok. Namun, bertanya dan berdiskusi pada ahlinya menunjukkan banyak jalan keluar.
Pelaksana homeschooling yang terus belajar adalah kunci dalam menjalani metode pendidikan alternatif ini.
3. Mampu mengatasi permasalahan anak
Sifat khas dari homeschooling adalah berdasarkan student based. Setiap anak akan memiliki kebutuhan yang berbeda-beda.
Disinilah perlu kepekaan dari pelaksana atau orangtua dalam melihat hal apa yang dibutuhkan oleh anak. Apa kemampuannya, minatnya, bakatnya dan potensi yang bisa diasah.
Tak hanya itu, merancang kurikulum homeschooling juga bisa memasukkan pembelajaran yang mampu mengatasi permasalahan anak. Permasalahan tersebut tak hanya dari sisi akademis saja tapi juga dari sisi psikis.
Sumardiono (2007: 4) bahwa homeschooling adalah model pendidikan di mana sebuah keluarga memilih untuk bertanggung jawab sendiri atas pendidikan anak-anaknya dan mendidik anaknya dengan menggunakan rumah sebagai basis pendidikannya.
4. Customized
Kurikulum homeschooling bukanlah suatu panduan yang kaku dan tak bisa berubah. Banyak keluarga yang akhir-akhir menjalani metode ini sebab mampu menyesuaikan dengan kebutuhan anak di usia tertentu.
Ya , setiap anak itu unik.
Ada anak yang kuat ingatannya, ada yang sosialnya terasah dan ada juga yang memiliki bakat lain.
Kurikulum homeschooling yang sesuai akan membantu anak tumbuh secara tepat sesuai dengan potensinya. Dan lebih jauh lagi bisa bermanfaat dalam lingkungan masyarakata.
Panduan Menyusun Kurikulum Homeschooling
Untuk anak usia dini
Dulu, saya sering terkagum dengan aktivitas ibu-ibu di media sosial yang memberikan berbagai stimulasi pada anaknya. Mulai dari stimulasi motorik, sensorik, keseimbangan dan lain-lain.
Nyatanya, kegiatan tersebut tak terlalu mulus saya lakukan. Harapan tak sesuai kenyataan ketika anak saya sodorkan media belajar.
Inginnya aktivitas sesuai panduan eh malah diacak, lempar atau dibuang. Sakit hatii.
Bisa ditebak, saya pun menjadi emosi, marah dan cemberut.
Hingga saya banyak membaca dan belajar lagi.
Lalu, pelan-pelan mengasah kepekaan terhadap anak.
Ya, ternyata kunci pembelajaran terhadap anak usia dini adalah mengikuti perkembangan dan minatnya serta lebih banyak belajar di alam.
Bermain di alam akan mengasah perkembangannya secara alami. Menceburkan diri di sungai menguatkan jari jemarinya, sensoriknya, gross motornya dan terpenting menyadarkan anak tentang penciptaan terhadap sungai itu sendiri.
Maka, tak heran jika banyak yang menyarankan bahwa kegiatan homeschooling saat anak masih berusia dini yaitu sesuai dengan keseharian saja.
Untuk anak usia sekolah
Nah, jika anak sudah memasuki usia sekolah, orangtua boleh menerapkan berbagai macam kurikulum yang sudah ada. Bahkan mengikuti kurikulum dari pemerintah pun sah-sah saja.
Pada usia ini, banyak pilihan kurikulum yang bisa menjadi panduan orangtua.
Namun, hal paling penting adalah tetap memahami kebutuhan anak itu sendiri.
Penutup
Satu hal yang perlu diingat bahwa kurikulum homeschooling adalah alat bukan tujuan. Artinya, kurikulum dapat menggunakan satu metode atau mix dengan metode lainnya.
Semuanya disesuaikan dengan kebutuhan keluarga.
Yang terpenting adalah bagaimana keluarga menjalani homeschooling dengan nyaman dan kesepakatan antar semua pihak.
Nah, jika sobat yusri masih ragu dengan homeschooling yuk coba baca kelebihan dan kekurangan homeschooling. Dan jika tertarik, saya juga akan membahas tentang contoh kurikulum homeschooling contoh kurikulum homeschooling yang bisa ditiru.
Nah iya...kurikulum homeschooling mesti disesuaikan dengan kebutuhan keluarga, yang penting nyaman dan kesepakatan antar semua pihak ada.
BalasHapusSekarang udah engga aneh lagi, bila ada keluarga memutuskan homeschooling buat putra/putrinya. Soal takut engga punya teman, masih bisa kok berteman, dengan bergabung ke komunitas-komunitas. Yang penting pendidikan sesuai dengan minat dan bakat si Anak.
BalasHapusQuotenya jleb banget....Allah meminta untuk terus belajar dan belajar tidak harus sekolah karena belajar bisa dimana aja dan tempat belajar terbaik dari seorang anak adalah orang tuanya.
BalasHapusMenurut ku orang tua yg memilih pendidikan alternatif seperti homeschooling adalah orang tua hebat. Mereka mau terus belajar dan memberikan hampir seluruh waktunya untuk pendidikan anak. Ah, Lagi nungguin tulisan berikutnya tentang homeschooling..
BalasHapusSekarang ini homeschooling banyak menjadi pilihan orang tua ya
BalasHapusHatus buat sendiri ya kurikulum nya yg sesuai dgn value keluarga
Makasih mbak ini yang saya butuhkan ini ..mau coba padu padankan dengan kebutuhan keluarga
BalasHapusAku dulu pernah manteb banget untuk menjadi keluarga home schooler.
BalasHapusJuga terinspirasi dari Ibu.
Tapi... beberapa saat saat anak lulus TK, aku kehilangan pegangan. Kaya saking bingungnya dengan yang namanya kurikulum ini, aku jadi mulai survey sekolah yang sesuai dengan value keluarga kami.
Dan memang penting banget menetapkan tujuan keluarga, pendidikan dan menyepakatinya bersama pasangan.
Saya salut pada orangtua yang tekun dalam menyusun kurikulum untuk putra-putrinya dengan metode homeschooling ini. Masing2 anak jadi mendapatkan porsi pembelajaran sesuai dengan minat dan bakatnya ya.
BalasHapusmasyaAllah aku selalu takjub sama orangtua yang memutuskan untuk home schooling, perjuangannya buerat dan terjal ejhehehe dan aku kayaknya ngga sanggup
BalasHapusAku sebenarnya tertarik sich dengan homeschooling, menurutku bikin anak jadi lebih fokus, dan juga kita bisa mantau anak secara langsung perkembangannya.
BalasHapuswuah terima kasih yaaa udah ngasih tau panduannya
BalasHapustapi kalau contoh kurikulumnya, kayak gimana mbak?
https://www.yusriahismail.com/2024/05/contoh-kurikulum-homeschooling.html bisa cek disini mba
HapusHomeschooling ini cocok buat mengembangka bakat anak sesuai kemampuannya, lebih private pula. Hanya saja, kehidupan sosial anak antar sesamanya juga harus dijaga.
BalasHapus