yusriahismail.com

Metode Ekletik

metode ekletik
Sobat yusri, ada gak sih yang bertanya-tanya, gimana kalau keluarga atau anak kami tidak cocok dengan satu metode tertentu? Selain unschooling yang lebih mengedepankan minat dan kemauan belajar anak, ada metode ekletik yang merupakan campuran dari berbagai metode homeschooling.

Jika homeschooling di ibaratkan buffet restaurant. Maka setiap metode adalah diet tertentu. Mungkin Montessori adalah vegetarian, maka dagingnya akan dilewatkan. Penikmat Charlotte Mason misalnya tidak toleran terhadap laktosa, maka akan melewatkan produk-produk turunan susu. Dan lain sebagainya.

Ini memang soal memadupadankan hal-hal yang cocok dan membuat nyaman. Oleh karena itu, metode ekletik juga diibaratkan dengan gaya rileks atau santai.

Nah, kira-kira bagaimana sih caranya memadupadankan berbagai metode homeschooling ini? Dan kira-kira siapa saja yang cocok untuk metode santai ini?


Sekilas Tentang Metode Ekletik

Eclectic homeschooling is the style that isn’t a style!

Jika di artikel tentang kurikulum homeschooling lainnya saya biasa memulai dengan sekilas sejarah, kali ini gak bisa ya sob. Sebab memang metode ekletik ini tidak terprediksi bagaimana sejarahnya. Dan siapa yang memulai pertama kali.

Namun, menurut mba Ellen Kristi dari diskusi beliau dengan komunitas persatuan homeschooler indonesia, ada dua tipe keluarga yang biasanya menggunakan metode campuran ini.

Tipe pertama yaitu keluarga yang memilih karena memang sudah memilih dengan prinsip dan tipe kedua adalah keluarga yang belum kenal dengan kurikulum homeshooling lainnya.

Keluarga dengan tipe pertama ini biasanya terjadi karena sudah mencoba berbagai macam metode dan ditengah jalan ternyata mentok. Anak sudah tertarik lagi atau ada beda pendapat dengan pasangan.

Ya solusinya adalah dengan memadupadankan berbagai metode dan cocok dengan visi misi keluarga.

Berbagai Pertimbangan Menerapkan Metode Ekletik

metode homeschooling ekletik


Jika ditanya, keluarga bagaimana yang cocok dengan metode seperti ini? Jawabannya macam-macam sesuai dengan kondisi keluarga ya.

1. Menyesuaikan Visi Misi Keluarga


Salah satu praktisi homeshooling islami, mbak Mierza Miranti, mengatakan bahwa sebelum terjun lebih jauh menjadi keluarga homeschooler, sangat perlu untuk menetapkan visi misi keluarga.

Hal ini yang akan memandu keluarga untuk memilih kira-kira kurikulum homeschooling mana yang cocok untuk mereka.

Bahkan jika ditengah jalan para keluarga homeschooler ini goyah, visi misi ini akan menuntun kembali pada jalan yang lurus.

2. Prioritas Utama Adalah Manfaat


Percuma kan ya jika menerapkan suatu kurikulum homeschooling eh tapi pasangan gak nyaman? Atau bahkan anak juga malah semakin kehilangan tujuan.

Bisa jadi juga ide dan praktik dalam suatu metode dirasa menyusahkan dan malah bikin mumet. Jika dikerjakan malah nambah PR banyak, tapi kalau tidak dikerjakan jadinya tujuannya tidak tercapai.

Maka, keluarga yang memilih metode ekletik ini lebih memusatkan prioritasnya pada manfaat dan kemudahan. Bukan pada konseptual dari suatu metode yang ingin dibangun.

3. Siap Belajar Lebih Dalam


Nah, metode ekletik ini gabungan dari beberapa metode sehingga praktisinya kudu belajar tiap metode yang ingin dicomot.

Misalnya dalam mengasah tumbuh kembang anak ingin mengambil metode montessorinya, lalu mengasah seni dengan menggunakan metode Waldorf.

Maka, orangtua harus banyak belajar mengenai kurikulum Montessori dan Waldorf tersebut.

4. Membuat Parameter Sendiri


Menurut praktisi homeschooling dengan metode ekletik, salah satu kelemahannya adalah tidak ada parameter terukur dalam metode ini.

Karena semuanya gabungan sehingga pegangan konseptualnya sudah pasti tidak ada atau tidak utuh.

Solusinya, orangtua dan anak harus sesering mungkin evaluasi dan menerapkan parameter capaian mereka sendiri.

Kapan dapat dikatakan metode campuran ini berhasil atau setidaknya sudah memenuhi dari target yang telah mereka buat.

5. Tidak Suka Terikat Aturan


Pasti ada saja orang atau keluarga yang tidak suka terikat dengan aturan tertentu. Model-model keluarga yang seperti ini pasti cocok dengan metode ekletik.

Bebas. Bisa menentukan dirinya sendiri. Tau apa yang dimau. Tidak terikat pada kelompok tertentu.

Penutup

homeschooler ecletic
Metode ekletik memang lebih cocok untuk keluarga homeschooler yang tidak suka dengan aturan-aturan saklek. Prinsipnya adalah mudah, manfaat, nyaman serta berguna.

Dan satu yang lebih penting adalah tidak menabrak prinsip utama mereka yang biasanya ada di visi misi keluarga. Biasanya sih ini tentang keyakinan ya.

Jadi, mau dengan cara apapun atau metode yang seperti apa, asal anak belajar dan bermain dengan bahagia.

Sebelum menutup pembahasan ini, saya tergugah dengan satu kalimat dari mbak Mierza bahwa   

Homeschooling atau sekolah bukanlah solusi masalah pendidikan.

Solusi itu ada pada kemudahan dari Allah dan kemauan orangtua untuk mendidik, memecahkan masalah pendidikan yang dihadapi anaknya.

Ya, homeschooling memang bukan jalan pintas untuk mendapatkan kenyamanan dalam pendidikan. Tapi justru jadikan moment ini sebagai cara untuk mengikat bonding dengan keluarga dan tujuan lain yang ingin sobat yusri capai dalam homeschooling.

Mau metode montessori, charlotte mason, reggio emilia, waldorf sekalipun tak akan menjadi pedoman jika kita sendiri tidak tau apa yang ingin dicapai dalam perjalanan ini.

Nah, masih ada kurikulum lain nih yang mau dibahas. Masih ada kurikulum classical untuk artikel selanjutnya. 
Yusriah Ismail
A Lifestyle Blogger, Read Aloud Certified and Parenthing Enthusiast

Related Posts

Posting Komentar