Sudah cukup lama saya mendengar dan sedikit-sedikit belajar tentang homeschooling tapi baru kali ini mempelajari metode unschooling.
Yap, Unschooling sendiri merupakan bagian dari homeschooling tapi metodenya agak unik. Perbedaannya dengan metode lain adalah unschooling tidak memiliki metode.
Whatt?!!!
Ada yang bingung??
Homeschooling tapi tidak punya metode? Gimana? gimana??
Nah, yuk langsung kita bahas aja ya.
Sekilas Sejarah Metode Unschooling
Bisa dikatakan bahwa unschooling ini adalah metode paling awal yang ada dalam sejarah unschooling. Sebelum menjamur kurikulum montessori atau Charlotte Mason atau lainnya, Unschooling ini sudah ada dan diterapkan oleh pendahulunya.
Jhon Holt adalah orang pertama yang menggunakan metode ini. Beliau juga sebagai pelopor gerakan homeschooling yang semakin populer ini.
Sebenarnya tuan Holt ingin mendobrak sistem konvesional yang sudah lama ada di dalam sekolah formal. Dan sistem inilah yang menyebabkan anak tidak mampu mengeluarkan minatnya.
Alih-alih sebagai pembelajar, anak seolah seperti robot yang mengikuti kemauan sistem.
Holt beranggapan bahwa anak adalah pembelajar alami. Mereka dapat mengikuti naluri alamiahnya untuk belajar tentang hal-hal yang dibutuhkan.
Yah mungkin saja Holt berpikir, anak saja bisa secara alami belajar berjalan bahkan tanpa adanya stimulasi dari lingkugan. Otomatis anak bisa belajar dari hal-hal yang dilihatnya setiap waktu.
Jika mengacu pada istilahnya, unschooling ini terdiri dari 2 kata yaitu un dan schooling. Dalam bahasa Inggris, Un itu berarti "anti" atau bertentangan dan schooling yang berarti sekolah.
Tapi, maksudnya bukan anti sekolah ya sobat yusri.
Ini merujuk pada sikap kontra terhadap sistem persekolahan seperti yang saya bahas diatas.
Metode Pembelajaran Unschooling
Lalu, jika tidak mengikuti sistem persekolahan dan juga tidak punya metode seperti kurikulum montessori atau Charlotte Mason bagaimana? Bagaimana anak dikatakan belajar?
Mungkin hal ini masih menjadi kebingungan orangtua.
Perlu digarisbawahi bahwa unschooling bukan berarti unparenting.
Tidak punya kurikulum bukan berarti orangtua masa bodoh dengan apapun yang anak akan lakukan.
Justru dengan unschooling, orangtua diminta untuk lebih memperhatikan kebutuhan anak.
Menurut Inge Tumiwa, salah satu keluarga Indonesia yang menganut unschooler mengatakan bahwa salah satu hal yang harus dimiliki orang tua unschooler adalah mindfull parenting.
Dimana orangtua perlu sadar bahwa pendidik terbaik untuk anak-anaknya adalah orangtua itu sendiri.
Dalam hal ini, orangtualah yang juga menumbuhkan kesadaran dan motivasi sehingga anak terdorong untuk belajar, melakukan hal yang menjadi minatnya dan sebagainya.
Selooww kalau kata anak jaman sekarang mah. Rileks melihat target-target akademik yang mungkin belum sesuai jenjangnya jika dibandingkan dengan anak yang sekolah.
Misalnya, anak umur 5 tahun belum mau belajar membaca atau berhitung dan lain hal.
Tidak apa-apa. Justru yang terpenting adalah memberikan stimulasi dan percaya bahwa anak punya capaian sendiri dalam tahapan belajarnya.
Hmm..ada yang masih bingung? Atau menerka-nerka kira-kira unschooling ini arahnya kemana sih? Yuk kita pahami dulu prinsip dalam metode unschooling.
Prinsip Metode Unschooling
Ada beberapa prinsip dalam metode unschooling yaitu
1. Anak merdeka dalam menentukan mau belajar apa saja dan dengan cara apa saja. Selama subjek pelajaran dan caranya itu membuatnya nyaman maka orangtua tak boleh menginterupsi. Jika anak terdistraksi, khawatir alarm kebutuhannya terhadap rasa penasaran dan belajar jadi terkikis.
Unschooling menganut prinsip belajar merdeka namun bermakna. Sebab biasanya anak unschooler belajar dari keseharian dan lewat metode itulah anak bisa mengembangkan banyak hal.
2. Anak mampu belajar mandiri sebab ia adalah pembelajar sejati. Sebenarnya, anak senantiasa belajar dalam hidupnya. Terutama anak-anak yang masih berusia dini.
Ketika mungkin orangtua menganggap anak sedang bermain tanah, ia bisa jadi sedang penasaran dengan tektur tanah, apa yang ada didalam tanah, bagaimana rasanya atau bagaimana jadinya jika tanah ini dilempar keatas?
Sayangnya, sebagian besar orangtua berpikiran bahwa anak sedang bermain kotor-kotoran. Dan pasti sudah terbayang ya capeknya membersihkan anak dan bajunya dari tanah yang menempel. Hihi.
Namun, pemikiran anak kecil memang tidak sama dengan orangtuanya. Mereka selalu belajar dalam tiap detiknya.
3. Fleksibel. Menurut mba Inge, anak-anaklah yang menentukan jadwal mereka dan tidak ada batasan waktu. Biasanya anak unschooling memulai hari dengan salah satu pertanyaan, apa rencanamu hari ini? Melalui itu, anak yang akan menentukan apa yang akan mereka lakukan dalam sehari penuh.
Kehidupan dan jadwal anak unschooling biasanya juga sangat erat dengan keseharian. Bahkan sebenarnya tidak ada yang berbeda.
Anak-anak juga tidak harus keluar rumah untuk belajar tapi didalam rumah juga bisa belajar. Jadi, unschooling ini jauh lebih fleksibel dan tidak berbatas waktu.
Yang menentukan adalah ritme setiap anak. Karena setiap anak itu berbeda dan memiliki minat masing-masing
4. Orangtua harus percaya bahwa setiap anak memiliki jalannya sendiri. Menurut mbak Inge, ini adalah salah satu hal yang paling sulit.
Salah satu sebabnya adalah masih ada orangtua yang berpikir konvensional. Dimana jika melihat keseharian anak unschooling mungkin menganggap bahwa mereka sedang tidak melakukan apa-apa. Padahal mereka sedang belajar dengan caranya sendiri.
Penutup
Metode unschooling mungkin terlihat abstrak bagi sebagian orangtua sehingga yang mampu menerapkannya adalah orang-orang yang mempercayai 100% bahwa anak adalah pembelajar alami.
Orangtua hanya sebagai pendamping dan menemani tanpa menginterupsi apapun. Agenda belajar itu adalah agenda anak. Sepenuhnya otoritas anak.
Menarik ya sobat yusri?
Walaupun metode ini agak kurang populer namun banyak yang mencoba juga terutama untuk anak-anak yang masih berusia dini.
By the way, masih ada beberapa contoh kurikulum homeschooling yang bisa diterapkan lho. Sobat yusri juga bisa baca metode Waldorf sebagai metode homeshooling lainnya.
Zaman sekarang malah orang tua bisa mencari banyak sekali sumber untuk pembelajaran anak-anaknya dari rumah. Udah engga asing lagi dengan homeschooling. Kalau unschooling, aku juga baru denger dan tahu dikit-dikit sih.
BalasHapusSetuju, unschooling bukan berarti anak engga sekolah loh...
alhamdulillah sekarang jamannya serba mudah mencari informasi ya mba
HapusBaru denger aku mbak sama metode unschooling ini. Soalnya memang lebih familiar home schooling. Tapi kalau dilihat, pada metode ini menitikberatkan peran ortu ya, ortu kudu cerdas untuk memahami anak mereka.
BalasHapusMenarik nih. Jadi biarkan anak bebas mau belajar apa hari itu ya? Mungkin lebih cocok untuk anak usia dini, tapi sebagai orang tua harus extra sabar kalo nyatanya anak bermain kotor-kotoran.
BalasHapusNah iya, baru familiar tentang unschooling ini. Anak ingin belajar apapun bebas, dan pastinya metode ini nyaman ya buat mereka.
HapusKok jadi ingat buku Totto Chan ya Kak. Para murid dibebaskan memilih kelas sendiri. Untuk sekolah formal memang problemnya seperti itu: terlalu kaku sehingga bisa jadi anak-anak merasa kurang nyaman.
BalasHapusiyaaa mba, sekolah totto chan menarik banget yaa..bikin pengen sekolah juga di tomoe heheh
HapusSaya setuju unschooling ini. Terutama diterapkan pada anak-anak usia 5 tahun ke bawah. Jadi ga perlu ad aturan baku dalam belajar ini itu. Anak-anak Biar belajar secara alami saja sesuai waktu.
BalasHapusbetul pak, anak 5 tahun ini memang cocok banget, ortu juga santai namun kalo orang dewasa memang ada tantangan tersendiri
HapusBaru tau ada metode unschooling. Masya Allah ya. Bener-bener orang tua hebat yang bisa menerapkan metode ini dalam mendidik anak. Orang tua yang bisa hadir sepenuhnya untuk anak.
BalasHapussaya dengar youtubenya parents yang menerapkan metode ini memang berat sekali tantangannya, belum perang batinnya sendiri
HapusJujur baru tahu sih tentang metode unschooling ini... Ini secara nggak langsung menegaskan lagi ya kalau pendidikan itu memang peran utamanya dari rumah dulu, baru sekolah.
BalasHapusBicara soal unschooling, jadi teringat pondok modern Darussalam Gontor. Mereka kan tidak menggunakan kurikulum manapun. Melainkan punya sistem ajaran sendiri. Mulai sistem belajar, ujian sampai kelulusan semuanya mandiri dan tidak sampai dengan sekolah atau pondok modern manapun
BalasHapusIntinya kalau dikelola dengan profesional, unschooling juga bisa berhasil kok...
Baru denger ada metode unschooling dari grandpa John Holt. Ada benarnya juga sih, kalo anak² itu pembelajar alami. Tapi, metode ini ya jadinya diterapkan ke anak usia dini, sebagai persiapan menuju the real world of school.
BalasHapusbaru tau ada unschooling sampai aku baca berkali-kali kirain salah baca. tapi unschooling ini justru sebenernya lebih enak ya gak bikin anak stres, kalau sekarang kan anak paud aja beban belajarnya berat banget
BalasHapusJadi penasaran, ada ga atau seberapa banyak, ya, keluarga Indonesia yang menerapkan metode unschooling ini untuk anak-anaknya, kayanya memang belum terlalu familiar, ya, dalam sistem pendidikan di kita
BalasHapusWah saya suka nih konsep-konsep yang mendobrak seperti ini. Meski baru tau metode unschooling, tapi saya wes tertarik sama konsepnya. Coba itu, sekokah tapi tidak pakai metode. Tapi ya gak asal juga. Keren.
BalasHapus