Sobat yusri, kalau postingan kemarin berisi tentang kurikulum homeschooling yang berasal dari Inggris, sekarang pindah negara yuk. Hehe.
Tentunya masih daerah Eropa juga namun negara ini dijuluki sebagai negara pizza. Alias negara dengan asal usul pizza. Ada yang bisa menebak?
Yap, betul sekali.
Italia juga memiliki salah satu pembelajaran yang populer digunakan pada anak usia dini. Pembelajaran Reggio Emilia juga mulai merebak selain Montessori.
Penasaran bagaimana kurikulumnya menjadi favorit? Yuk kita cari tahu sejarah, prinsip dan metode pembelajarannya.
Sekilas Sejarah Pembelajaran Reggio Emilia
Reggio Emilia sendiri sebenarnya berasal dari nama salah satu kota kecil di Italia. Dimana pendirinya sendiri yaitu, Loris Malaguzzi memang berasal dari kota tersebut.
Pasca perang dunia ke 2, Italia sebagai negara yang ikut berperang menjadi kacau balau. Ya struktur pemerintahannya dan termasuk soal pendidikan.
Malaguzzi percaya bahwa anak-anak usia dini di Italia membutuhkan pendidikan yang bersifat holistik sebab setiap anak itu unik dan memiliki berbagai macam ekspresi untuk mengungkapkan keinginan serta kebutuhan mereka.
Dan akhirnya terbentuklah sebuah pembelajaran dengan lingkungan yang ramah dan aktif dimana anak-anak meneliti, mengenal sekitar, berefleksi, serta pendidik dan anak bisa berkolaborasi.
Seru yaa sebab tak ada struktur hierarki disini.
Pendidik dan anak harus menjadi partner satu sama lain.
Prinsip Pembelajaran Reggio Emilia
1. Lingkungan Belajar
Keyakinan pembelajaran Reggio Emilia adalah setiap anak memiliki 100 bahasa sehingga lingkungan belajar juga mempengaruhi. Ruang belajar dibuat semenarik mungkin dengan menyediakan sumber daya, bahan, alat, yang dapat merangsang kreativitas dan eksplorasi anak.
Anak-anak juga dapat bereksplorasi terhadap hal yang ingin mereka kembangkan dan berkolaborasi dengan sesama temannya.
Kalau dibayangkan, kelas-kelas dengan pembelajaran Reggio Emilia terdiri dari jendela yang besar dengan penerangan sinar matahari, banyak permadani besar, rak buku dan berbagai perlengkapan yang alami.
Kayaknya saya juga betah banget sih kalau berada di kelas seperti begini seharian. Hehe.
2. Keterlibatan Anak
Pembelajaran ini juga menghormati kreativitas dan imajinasi anak sehingga mendorong anak untuk bereksplorasi secara mendalam.
Anak-anak didorong untuk melakukan proyek-proyek jangka panjang yang dipimpin oleh diri mereka sendiri.
Pendidik hanyalah fasilitator yang menjadi teman diskusi untuk anak.
3. Peran Pendidik
Seperti bahasan diatas bahwa pendidik hanyalah fasilitator anak yang mendengarkan, mengamati, dan mendokumentasikan kegiatan anak.
Dokumentasi ini penting untuk mencatat dan mengetahui perkembangan anak. Juga sebagai alat evaluasi oleh pendidik nanti.
4. Ekspresi Seni
Seni memang menjadi salah satu hal yang menonjol di Italia. Sebut saja Leonardo Da Vinci yang punya lukisan terkenal, Monalisa. Lalu ada Botticelli dan Michaelangelo.
Pembelajaran Reggio Emilia menekankan bahwa seni adalah bahasa ekspresi. Anak-anak boleh menggunakan berbagai ekspresi seni seperti menggambar, melukis, menyusun karya seni dan lainnya untuk menuangkan ide, pikiran dan emosi mereka.
Manfaat Pembelajaran Reggio Emilia
Hal terpenting dari prinsip-prinsip pendekatan Reggio Emilia adalah membuat anak menjadi peduli terhadap sekitar dan menjadi pembelajar sepanjang hayat. Namun, ada manfaat lain dari kurikulum ini, yaitu:
1. Merangsang kreativitas anak
2. Menumbuhkan keterampilan dalam berkomunikasi
3. Mengasah keterampilan motorik
4. Menumbuhkan rasa percaya diri dan kemandirian
5. Penghargaan terhadap berbagai keragaman yang ada di dunia. Mulai dari keragaman bahasa, budaya, latar belakang dan banyak hal lainnya.
Contoh Model Pembelajaran Reggio Emilia
Pendekatan Malaguzzi ini sebenarnya juga menggunakan filosofi beberapa ahli perkembangan anak, yaitu Dewey, Piaget dan Vigotsky.
Jadi gak heran model pembelajarannya pun menjadi mengasyikkan dan membuat anak betah.
Misalnya, pusat belajar Reggio Emilia tidak hanya terpatok dalam satu macam kegiatan namun dengan berbagai macam aktivitas yang seru.
1. Ray of light Atelierista Class
Kelas ini adalah tempat anak-anak bermain dan meneliti cahaya.
Jika ingin bermain sendiri, sobat yusri bisa menyiapkan LCD atau alat yang sejenis, kerta copy, kuas dan cat. Bentuk kertas copy menjadi celemek lalu pilih gambar yang akan disorot.
Kemudian minta anak berdiri di dinding yang digunakan sebagai layar lalu minta anak melukis gambar yang tersorot di kertas copy.
2. Atelierista Class
Adalah kelas untuk berbagai seni yang dilakukan oleh anak.
3. Clay Class
Di area ini anak-anak bereksplorasi dengan tanah liat.
Boleh juga bikin sendiri di rumah dengan menyiapkan playdough, plastisin atau semacamnya. Lalu minta anak untuk membuat berbagai macam bentuk.
Setelah itu diskusikan dengan anak mengenai bentuk yang dibuat.
4. Remida Class
Anak-anak menggunakan berbagai macam bahan bekas untuk dikreasikan berbagai macam hal dan bentuk. Ini bisa jadi ide untuk memanfaatkan alat dan bahan yang sudah tidak terpakai dan bisa digunakan lagi ya sobat yusri.
5. Natural Class
Pada kegiatan ini anak-anak menggunakan bahan-bahan yang terdapat di alam. Bisa berupa daun-daun kering, bebatuan, ranting, biji-biji dan bermacam bunga.
6. Role Play
Disini anak bermain peran menjadi apa saja. Imajinasi anak yang terlalu luas kadang membuat anak bisa menjadi apa saja lho.
Anak saya yang masih berusia dini bisa menjadi penjual es krim, lain waktu menjadi guru, kadang juga menjadi mama. Hihi, sesuai yang dilihat sehari-hari aja kayaknya.
Penutup
Gimana sobat yusri, tertarik menggunakan pembelajaran Reggio Emilia? Eittss, masih ada kurikulum lainnya lho yang bisa menjadi panduan.
Sobat yusri bisa baca juga kurikulum nasional sebagai salah satu panduan kurikulum homeschooling lainnya.
Referensi
Cendekia, Prisma. https://prismacendekia.id/mengenal-pendekatan-pembelajaran-reggio-emilia/
Maryatun, Ika Budi. https://staffnew.uny.ac.id/upload/132309079/pengabdian/KKN+PPBI+REA.pdf
Flavin, Brianna. https://www.rasmussen.edu/degrees/education/blog/what-is-reggio-emilia/
Posting Komentar
Posting Komentar