Sobat yusri, ada yang pernah mendengar flexy school?
Beberapa waktu yang lalu saya sempat menemukan istilah flexy school namun tak sempat menelusuri lebih lanjut. Eh, tak lama kemudian grup ibu-ibu penggerak sempat mendiskusikannya.
Saya pun mencari tahu lebih lanjut dan menemukan beberapa fakta menarik.
Flexy school atau homeschooling? Apa bedanya atau sama saja?
Lalu, apa bedanya juga dengan sekolah formal lainnya?
Penasaran ya? Hihi..lanjut yuk.
Apa Itu Flexy School
Ternyata mencari sendiri tentang homeschooling dan segala sesuatu didalamnya membangunkan jiwa kepoku.
Banyak istilah dan informasi menarik jika dicari tahu. Makin tak sabar bergabung dengan kelas senior yang sudah lebih lama menjadi praktisi homeschooling.
Nah, salah satu keluarga yang cukup sering membagikan informasi, pandangan dan sharing tentang homeschooling ini ya pak Aar dan bu Lala.
Melalui website mereka juga saya menemukan secara lengkap apa itu flexy school?
Sebenarnya flexy school adalah sekolah non formal yang aktivitasnya cukup fleksibel.
Biasanya flexy school didirikan oleh lembaga swasta. Beda dengan sanggar kegiatan belajar (SKB) yang diaktifkan oleh sekolah naungan dinas pendidikan.
Dan hampir mirip dengan PKBM yang dinaungi oleh pihak swasta.
Ciri-ciri Flexy School
Kira-kira apa sih bedanya sekolah reguler dengan flexi school. Bisa kita identifikasikan nih dengan beberapa ciri-ciri berikut
1. Jadwal dan lokasi kegiatan tidak penuh
Sebenarnya flexy school itu kependekan dari fleksibel school. Artinya ada kegiatan yang berjalan namun berbeda dengan sekolah formal.
Jika sekolah formal, anak-anak datang tiap hari ke sekolah maka flexi school tidak mewajibkan peserta didiknya datang tiap hari.
Akan ada waktu dan jadwal tertentu yang sudah ditentukan. Begitupun materi, kegiatan dan tempat juga ditentukan oleh lembaga tersebut.
2. Kurikulum berdasarkan lembaga
Kurikulum yang ditentukan oleh flexi school tidak sepenuhnya sama dengan sekolah reguler maupun homeschooling.
Flexy school lebih menganut pada kurikulum terbatas yang sudah disusun oleh lembaga namun tetap memberikan keleluasaan pada anak.
Jadi, kurikulum terbatas misalnya hanya menyediakan pembelajaran pada materi pokok yang akan diujikan saat ujian nasional.
Lalu ada tambahan mendalami minat bakat masing-masing, misalnya seni, olahraga, travelling dan lain sebagainya.
3. Adanya interaksi sosial yang lebih besar dibanding homeschooler
Pertemuan anak-anak yang bergabung dalam flexi school dalam waktu tertentu memungkinkan adanya interaksi sosial yang lebih besar dibandingkan anak-anak homeschooling.
Tentu bukan dalam artian anak-anak homeschooler sangat terbatas interaksinya karena biasanya mereka juga ikut les ini itu.
Namun seperti sekolah, adanya kecendrungan untuk bertemu dengan anak-anak sebaya jauh lebih besar.
4. Kontrol dan evaluasi
Salah satu perbedaan yang mencolok dari homeschooling adalah kontrolling dan evaluasi. Jika flexy school, kontrol dan evaluasi berasal dari lembaga yang menaungi.
Sementara keluarga homeschooler melakukan semuanya sendiri. Kontrol dan evaluasi berasal dari penilaian orangtua.
Flexi School atau homeschooling?
So, jelas ya bedanya antara homeschooling, flexy school dan sekolah reguler.
Ibaratnya, flexy school ini berada diantara homeschooling dan sekolah reguler jika dilihat dari aktivitas. Namun bedanya dengan homeschooling adalah kurikulum, jadwal, materi, kontrol dan evaluasi semuanya ditentukan oleh lembaga.
Sementara homeschooling semuanya dilakukan oleh orangtua atau berdasar kesepakatan bersama dalam keluarga.
Sayangnya, memang ada pergeseran istilah antara flexy school dan homeschooling. Pergeseran istilah ini membuat orang-orang bingung sehingga menganggap bahwa homeschooling juga bisa dijadikan lembaga.
Inilah yang digarisbawahi oleh beberapa praktisi sebab makna homeshooling di mata masyarakat jadi ikut bergeser.
Padahal homeschooling harusnya murni dari kesepakatan keluarga. Semua-semuanya harus diatur dan disusun berdasarkan dari rapat keluarga.
Adapun tambahan dari luar misalnya les tambahan atau mendatangkan guru kerumah adalah karena keputusan bersama.
Saya jadi ingat cerita di salah satu buku warna-warni homeshooling. Diceritakan seorang anak sangat tertarik dengan Indonesia
Beliau bahkan mengangkat disertasi tentang Indonesia. Saking tertariknya, anak ini yang masih berusia 22 tahun saat itu menemui seorang Indonesia yang juga sedang belajar di negara yang sama.
Saat ngobrol, anak muda tersebut bahkan lebih mengetahui banyak hal tentang Indonesia. Menariknya, dia tidak melakukan sekolah formal.
Orangtuanya membuatnya homeshooling dan dia pun bebas mencari tahu banyak hal tentang Indonesia.
Yang lebih mengejutkan adalah cita-citanya untuk membangun Indonesia suatu saat nanti.
Sementara flexi school tidak seperti itu.
Namun jika ditanya, pilih flexi school atau homeschooling?
Ya, semuanya dikembalikan pada kesepakatan bersama.
Dan utamakan kebutuhan anak.
Memilih menjadi flexi school tidak masalah. Memilih jadi homeschooler juga tidak apa-apa.
Pusat kegiatan belajar ada di mana? Sejauh mana peran aktif orangtua? Siapa yang menentukan materi belajar dan proses belajar? Itu yang menentukan apakah homeschooling atau bersekolah fleksibel.
Apapun pilihannya adalah sah. Yang penting berpihak pada kepentingan anak dan sesuai kondisi keluarga.
Penutup
Flexy school atau homeshooling?
Ya ini memang tentang keputusan suatu keluarga. Semuanya tergantung kebutuhan anak. Tidak ada yang salah.
Namun, perlu diingat bahwa homeshooling sangat berbeda dengan flexy school. Pergeseran makna inilah yang coba diluruskan oleh beberapa pihak termasuk tulisan ini.
Nah dengan begini bakal lebih leluasa untuk melanjutkan pembahasan tentang biaya homeschooling yang akan ditulis berikutnya. Ikuti terus ya sobat yusri.
Posting Komentar
Posting Komentar