yusriahismail.com

Pertama kali itikaf bareng anak? Jadikan Berkesan dan Menyenangkan, Begini Caranya

Bayangkan ramadhan adalah sebuah perjalanan panjang dan sepuluh hari terakhirnya adalah saat-saat paling menentukan apakah kita lulus atau tidak. Disinilah penentuan pemenang sebenarnya, tempat para peserta mengerahkan seluruh tenaga dan strategi terbaiknya. Termasuk mengajak seluruh keluarga untuk sama-sama menyelesaikan perjalanan ini dengan sebaik-baiknya.

Sepuluh hari terakhir juga bisa menjadi momen mengenalkan ibadah istimewa pada anak yaitu itikaf di masjid. itikaf adalah berdiam diri di masjid di sepertiga akhir ramadhan. Bukan hanya pengalaman spiritual, itikaf bareng anak juga bisa menjadi cara efektif menanamkan kecintaan terhadap masjid dan ibadah sejak dini.

Mengapa Perlu Mengenalkan Itikaf sejak Dini?

Anak-anak sebagai peniru ulung mudah belajar dari apa yang mereka lihat, dengar dan rasakan. Apalagi jika anak masih berusia dini, maka menanamkan kebaikan akan terasa mudah.

Usia dini adalah fase dimana anak langsung mengikuti apa saja yang mereka lihat dalam keseharian. Jika melihat orangtuanya suka beribadah dan pergi masjid, maka secara tidak langsung alam bawah sadarnya merekam hal itu.

Ini juga yang menjadi upaya orangtua ketika mengajak anak itikaf. Harapannya adalah mengenalkan anak pada suasana masjid yang khusyuk, kebersamaan dalam ibadah dan momen mendekatkan diri pada Allah. Juga banyak keutamaan dan kemuliaan di malam ini, salah satunya adalah malam lailatul qadr.

Tips Agar Itikaf Anak Berkesan dan Menyenangkan

Maka hal yang pertama kali yang perlu diupayakan orangtua adalah mengenalkan itikaf dengan cara yang menyenangkan sehingga meninggalkan momen bahagia dan bermakna.

Ini dia tips-tips yang boleh orangtua tiru

1. Beri Pemahaman dengan Bahasa Sederhana

Orangtua dapat memberikan pemahaman melalui berbagai media. Untuk saya sendiri, buku menjadi media yang memudahkan dalam mengenalkan sesuatu.

Saat ini sudah banyak buku-buku khusus anak yang mengisahkan tentang keutamaan ramadhan. Dan biasanya ada juga poin-poin mengenalkan itikaf. Bahasanya pun mudah dipahami anak.

Media lainnya adalah mengajak anak berdialog secara langsung dan mengenalkan apa itu itikaf. Serta mengisahkan bahwa Rasulullah SAW juga melakukan hal ini setia ramadhan.

2. Role Play itikaf Saat Di Rumah

Cara berikutnya adalah dengan menirukan kegiatan itikaf sebelum berangkat. Orangtua bisa memberikan gambaran seperti apa aktivitas-aktivitas yang boleh dilakukan saat itikaf di masjid.

Role play menjadi sarana yang efektif terutama untuk anak usia dini. Secara tidak langsung, anak sudah memahami akan melakukan hal apa ketika tiba di masjid.

3. Memilih Waktu Yang Fleksibel

Ketika pertama kali mengenalkan itikaf pada anak maka orangtua juga harus pandai memilih waktu yang tepat. Mulailah dengan beberapa jam saja atau hanya satu malam agar anak merasa nyaman dan tidak terbebani. Orangtua dan anak juga bisa bersama-sama menetapkan malam-malam ganjil sebagai waktu yang tepat untuk itikaf.

4. Memilih Masjid Ramah Anak

Masjid ramah anak adalah dambaan orangtua yang mengajak anak itikaf. Masjid-masjid ini biasanya menyediakan kegiatan yang khusus untuk anak. Misalnya kegiatan tahsin, setoran hafalan, adzan bergantian atau permainan yang menyenangkan.

Sayangnya, tak semua masjid membuka dirinya untuk anak-anak yang notabene sering berlari kesana kemari. Nah, jika tak ketemu masjid ramah anak, orangtua bisa mencari masjid besar dan halamannya luas yang memungkinkan anak bisa beraktivitas secara fisik.

5. Bawa Perlengkapan Mendukung

Siapkan perlengkapan pribadi anak yang bisa membuatnya semangat. Misalnya mukena atau koko kesayangannya. Atau selimut dan bantak kesukaan anak. Juga mainan edukatif dan camilan yang membuat anak betah.

6. Libatkan Dalam Kegiatan Masjid

Biasanya anak senang jika terlibat dalam suatu kegiatan. Entah itu membantu membagikan kupon sahur, bagi-bagi makanan untuk sahur hingga menertibkan sandal yang tidak pada tempatnya. Anak akan merasa berharga dan dibutuhkan ketika terlibat dalam aktivitas masjid.

7. Ciptakan Momen Spesial

Buat kenangan manis, seperti berbuka puasa bersama, berdoa bersama sebelum tidur, atau saling berbagi cerita tentang apa yang disukai dari itikaf hari itu. Anak akan lebih mudah mengaitkan masjid dengan perasaan nyaman dan bahagia.

Namun Ingat

Anak-anak tetaplah anak-anak. Seberapapun mereka sudah diberi pemahaman tentang keutamaan 10 hari terakhir atau betapa istimewanya malam lailatul qadr, anak-anak tetaplah manusia kecil yang mudah lelah.

Momen pertama kali adalah masa-masa orientasi dimana itikaf diperkenalkan sesuai kadar umur anak saja. Ibarat orang berkenalan maka hanya tahu tentang kulit luarnya saja.

Tidak masalah jika dalam momen perkenalan ini anak masih lebih banyak bermain dibanding beribadah sehingga sebisa mungkin hindari beberapa hal ini :

1. Memaksa anak ikut atau beribadah. Pemaksaan bisa membuat anak trauma dan menganggap itikaf adalah hal yang tidak menyenangkan.

2. Membandingkan dengan anak lain. Proses perbandingan hanya membuat anak semakin tidak senang dengan ibadah.

Dengan mengenalkan itikaf sejak dini, anak akan tumbuh dengan rasa memiliki terhadap masjid dan menganggap ibadah sebagai bagian dari kehidupan yang menyenangkan, bukan kewajiban yang memberatkan. Pengalaman ini juga akan membangun kenangan spiritual yang kuat antara orang tua dan anak.
Yusriah Ismail
A Lifestyle Blogger, Read Aloud Certified and Parenthing Enthusiast
Terbaru Lebih lama

Related Posts

Posting Komentar